Rabu 29 Jan 2014 07:32 WIB

2014, BI Rate Diprediksi Naik Lagi

Rep: Satya Festiani/ Red: Fernan Rahadi
BI Rate (ilustrasi)
Foto: Antara
BI Rate (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan bahwa investor global menarik uangnya dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia karena defisit yang tinggi dan stabilitas politik. Pengamat menilai, untuk mencegah adanya aliran keluar dari Indonesia, Bank Indonesia (BI) diprediksi akan kembali menaikan BI Rate pada 2014.

Ekonom PT Bank Central Asia, Tbk David Sumual mengatakan, penarikan dana memang bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara berkembang lainnya. Di Indonesia, defisit transaksi berjalan masih menjadi masalah kendati sudah menurun. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2013 turun tipis dari 9,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau 4,4 persen dari PDB menjadi 8,4 miliar dolar AS atau 3,8 persen dari PDB.

David optimistis defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2014 dapat ditekan di bawah 3 persen. Faktor penyebabnya diantaranya adalah upaya pemerintah untuk membatasi impor serta perekonomian yang juga melambat. "Impor lebih rendah. Lalu rencana pembatasan ekspor mineral mentah tak berlaku sepenuhnya. Masih boleh ekpor tambang kadar tertentu. Paling tidak meringankan defisit transaksi berjalan," ujar David, Rabu (29/1).

Namun, jika kondisi transaksi berjalan belum membaik dan kondisi global masih bergejolak, ia memprediksi BI akan terus melakukan pengetatan moneter. Salah satunya dengan menaikan BI Rate paling tidak 25-50 basis poin (bps) pada 2014. "Untuk mencegah dana dalam negeri supaya tidak keluar," ujarnya menegaskan. Ia melihat posisi asing dalam surat utang negara (SUN) masih stabil di posisi 30 persen. Namun jika tidak diantisipasi bisa keluar.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement