REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand akhirnya mengizinkan perusahaan asing untuk melakukan penawaran umum perdana saham di bursanya. Thailand merupakan negara ketiga di Asia setelah Hong Kong dan Singapura yang membolehkan perusahaan asing mencatatkan saham di pasar modal negaranya.
Komisi Sekuritas dan Pasar Modal Thailand akan menerbitkan kebijakan IPO asing tersebut di kuartal I 2014. Sejumlah perusahaan Cina sudah menunjukkan ketertarikannya terkait rencana initial public offering (IPO) di negara ekuitas terbesar ke-11 di Asia tersebut.
Pasar ekuitas Thailand tercatat senilai 341 miliar dolar AS atau sepersepuluh nilai ekuitas Hong Kong. Tahun lalu pasar modal Thailand kebanjiran dana senilai 2, miliar dolar AS. "Thailand ingin bersaing dengan Singapura dan Hong Kong menjadi salah satu pusat pendanaan di Asia," kata Sekretaris Jenderal Komisi Sekuritas dan Pasar Modal Thailand, Vorapol Socatiyanurak, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (23/1).
Thailand mengizinkan perusahaan asing melantai di bursa dengan beberapa syarat. Salah satunya adalah dengan memasukkan dua orang Thailand pada jajaran direksi. Selain itu, laporan keuangan harus disahkan oleh auditor yang telah disertifikasi oleh regulator setempat.
Pembuat kebijakan akan mempromosikan Thailand sebagai tujuan pendanaan ke seluruh wilayah Asia, terutama ke negara yang pasar modalnya kurang berkembang seperti Laos dan Myanmar. "Thailand sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah Myanmar terkait penjualan obligasi berdenominasi baht kepada investor Thailand," kata Vorapol.
Meskipun sudah membuat langkah dalam mengembangkan pasar modal, Thailand masih memiliki pekerjaan rumah sebelum mengizinkan perusahaan asing masuk ke bursa Thailand. Salah satunya adalah stabilisasi indeks Thailand, SET Index. Indeks Thailand tergelincir 0,4 persen sejak awal tahun, didorong oleh ketegangan politik yang terjadi di ibukota Bangkok.
Meskipun demikian, pelaku pasar modal menilai positif tindakan regulator Thailand. "Regulator telah mengambil banyak langkah pengembangan ke arah yang lebih baik," ujar Kepala Departemen Sekuritas di SCB Securities Co, Viravate Vongkitbuncha.