Senin 20 Jan 2014 09:45 WIB

Kehilangan Jepang, Air Asia Fokus ke India

Rep: Friska Yolandha/ Red: Fernan Rahadi
Air Asia
Air Asia

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Maskapai penebangan berharga murah Air Asia Bhd menyatakan akan merancang kembali unit Jepang setelah kemitraannya dengan ANA Holdings Inc berakhir Juni mendatang.

Kepala Eksekutif Perusahaan (CEO) Tony Fernandes mengatakan perusahaan yang berbasis di Sepang, Malaysia, tersebut telah menggandeng partner lokal dan mulai melakukan penerbangan komersial tahun depan. "Jepang adalah pasar dengan potensi yang sangat bagus," kata dia dalam sebuah wawancara di London, seperti dilansir Bloomberg, Senin (20/1).

ANA yang mengambilalih Air Asia Japan Co untuk hampir setahun mengakhiri kemitraannya karena ketidakcocokan strategi bisnis. Kini ANA melakukan rebranding dengan meluncurkan Vanilla Air, meninggalkan Fernandes sendiri mencari rencana baru.

Perusahaan tersebut akan menghindari beroperasi di Bandara Narita, Tokyo agar mencapai biaya yang lebih rendah. Sementara, ANA yang merupakan maskapai terbesar di Jepang beroperasi dari Narita, yang seharusnya tidak pernah dilakukan oleh maskapai berbiaya murah.

Maskapai yang memiliki unit di Indonesia, Thailand, dan Filipina ini akan memulai kerja samanya dengan perusahaan India dalam menyediakan transportasi udara berbiaya murah pada Maret 2014. Air Asia India diharapkan dapat memperluas jaringan Air Asia yang namanya telah menggema di wilayah Asia. Pemerintah India telah memberikan izin operasi kepada Air Asia.

Untuk tahap awal, Air Asia akan menggunakan 10 Airbus A320 jet tunggal. Air Asia akan fokus pertama-tama pada pasar menengah untuk meminimalisir biaya airport dan beban lain.

India telah melonggarkan aturan investasinya yang segera dimanfaatkan Air Asia dan Singapore Airlines Ltd untuk membentuk perusahaan patungan. Diperkirakan jumlah penumpang India akan membludak menjadi 452 juta pada 2020.

Sehingga, meskipun kehilangan pasar di Jepang untuk sementara, Air Asia tetap mampu memperluas jaringan hingga Asia Selatan. Fernandes mengaku, membuka unit di Korea Selatan belum menjadi agenda perseroan. "Saya belum yakin Korea siap untuk maskapai asing," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement