REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka kesempatan bagi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) untuk menjual lisensi produknya melalui sistem waralaba kepada perusahaan asing. Ini merupakan kesempatan untuk Indonesia memperkenalkan produk herbal ke dunia.
"Ini cita-cita saya, mau diwaralabakan dengan perusahaan lain. Kita, di Indonesia selama ini kebanyakan beli franchise, kalau saya maunya jual," ujar Direktur Utama SIDO Irwan Hidayat usai pencatatan perdana saham SIDO di BEI, Rabu (18/12).
Sebelumnya sudah ada perusahaan yang melihat potensi waralaba ini. Irwan mengatakan, yang tertarik adalah diaspora di Jerman. Ia berharap dengan mencatatkan saham di bursa, akan lebih banyak perusahaan yang tertarik untuk membeli waralaba perusahaan keluarga ini.
Irwan mengakui, produk herbal sangat potensial untuk diwaralabakan. Namun karena sebelumnya SIDO belum melakukan initial public offering (IPO), perusahaan lain menjadi urung bekerja sama. "Kalau masih perusahaan privat, mereka mungkin gak mau," ujar Irwan.
SIDO melepas 1,5 miliar lembar saham pada pencatatan saham perdana. Harga yang ditawarkan sebesar Rp 580 per lembar. Pada pembukaan perdagangan, saham SIDO menguat 80 poin menjadi Rp 660. Dari IPO perseroan mengharapkan dapat mengantongi dana senilai Rp 870 miliar.
Sekitar 42 persen dana hasil IPO akan dipakai untuk investasi perusahaan. Sebesar 56 persen dipakai untuk modal kerja dan sisanya digunakan untuk pengembangan sistem teknologi informasi dan komputerisasi.
SIDO akan memperluas pabrik yang sudah ada saat ini untuk menambah kapasitas produksi. Pabrik tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 10 hektare untuk pabrik bahan baku dan produk Tolak Angin.
Pembangunan pabrik baru ini diharapkan meningkatkan kapasitas bahan baku menjadi empat kali lipat. Kapasitas Tolak Angin diharapkan bertambah dua kali lipat. "Tolak angin itu 70-80 persen dari kapasitas. Tapi kan kita juga melihat target 2014 naik 10-20 persen, jadi harus disiapkan," kata Irwan.
Pabrik akan mulai dibangun awal 2014. Mesin-mesin pabrik sudah mulai diimpor dari Jerman. Diharapkan pabrik dapat berproduksi dalam 1-1,5 tahun ke depan.
Perluasan pabrik ini juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Saat ini SIDO sudah mengekspor produknya ke sejumlah negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Suriname, India, dan Australia. Pangsa pasar ekspor sendiri masih kecil, yaitu baru enam persen. Produk utama yang dijual di luar negeri adalah Tolak Angin
Perseroan juga akan melakukan rebranding sejumlah produk untuk mendekatkan produk Sido Muncul ke generasi muda. "Kami ingin mengubah tampilan dari jamu ke minuman kesehatan. Kami ingin mempertahankan agar tradisi minum jamu tetap ada," ujar Irwan.
Sido Muncul menargetkan tahun depan memperoleh laba Rp 450 miliar dan penjualan Rp 2,8 triliun.