Kamis 28 Nov 2013 16:01 WIB

Emiten Galau Hadapi Pelemahan Rupiah

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah.    (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketidakpastian ekonomi mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Hari ini, rupiah melemah ke level Rp 11.930 per dolar AS. Posisi 27 November, rupiah berada di level Rp 11.813 per dolar AS.

Sejumlah emiten mengaku pelemahan rupiah memberikan dampak baik langsung ataupun tidak langsung terhadap kinerja perusahaan. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menyatakan melakukan penyesuaian harga produk makanan akibat pelemahan tersebut. "Kami sudah lakukan penyesuaian 5-10 persen, bergantung produk dan bahan bakunya," kata Direktur ICBP, Werianty Setiawan di Jakarta, Kamis (28/11).

Perseroan masih mempertimbangkan faktor makroekonomi untuk kenaikan harga produk tahun depan. Jika rupiah terus melemah, kemungkinan akan ada kenaikan harga. Opsi ini lebih dipilih daripada memperkecil volume produk. Pasalnya volume produk saat ini sudah kecil, yaitu seperti mi instan yang hanya 70 gram.

Hal senada juga diungkapkan PT Astra International Tbk (ASII). Direktur Utama ASII Prijono Sugiarto mengatakan, dampak pelemahan terasa di anak usaha perseroan yang bergerak di industri otomotif. Divisi ini mengalami tekanan yang cukup besar. "Jika rupiah bertahan di atas Rp 12 ribu, mungkin akan ada penyesuaian harga," kata Prijono.

Di satu sisi, pelemahan rupiah akan menggerus kinerja Astra melalui divisi otomotif. Di sisi lain, pelemahan rupiah akan menguntungkan divisi lain perseroan, yaitu divisi perkebunan. Anak usaha Astra yang bergerak di sektor sawit, PT Astra Agro Lestari Tbk akan mendapatkan untung karena kinerjanya bergantung pada harga dolar AS. Sehingga, Prijono menilai ada penyeimbang pelemahan rupiah dalam perusahaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement