REPUBLIKA.CO.ID, Pada Agustus dan September lalu, Thomson Reuters mengadakan survei tentang pasar sukuk di Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia Tenggara.
Data empiris primer yang dikumpulkan kemudian dikembangkan untuk memberikan analisis pasar sukuk di 2014.
Managing Director Thomson Reuters untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Russell Haworth mengatakan studi ini mencari tantangan dan masalah yang mempengaruhi sukuk dengan memberikan gambaran penting pasar sukuk global.
Dalam rangka meningkatkan penerbitan dan likuiditas pasar modal syariah, ada kebutuhan studi praktis untuk membahas tantangan dan memberikan analisis lebih jelas tentang pasar sukuk..
"Studi ini menemukan bahwa permintaan potensial sukuk diperkirakan akan tumbuh. Meskipun terjadi kenaikan, permintaan masih diharapkan melebihi pasokan substansial hingga 2014," ujarnya seperti dikutip CPI Financial, Kamis (21/11).
Total sukuk global saat ini mencapai 237 miliar dolar AS, 100 miliar di antaranya diterbitkan pada 2013.
Sukuk diharapkan tumbuh hingga 749 miliar dolar AS pada 2018. Kesenjangan penawaran dan permintaan sukuk diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2014 sebesar 230 miliar dolar AS.
Kesenjangan diharapkan turun dengan adanya penerbitan sukuk yang diperkirakan mencapai 187 miliar dolar di 2018.
Di sisi permintaan, investor mengharapkan 50 persen portofolio mereka dialokasikan di investasi keuangan syariah.
Investor Timur Tengah dan Afrika Utara lebih menyukai invetasi sukuk berdenominasi dolar AS. Investor melihat Oman menjadi pasar keuangan syariah menarik untuk berinvetasi sukuk.
Kepala Pasar Modal Syariah Global Thomson Reuters, Sayd Farook mengatakan meskipun pasar sukuk global di 2013 melambat, namun tanda-tanda positif muncul pada 2014.
"Kami berharap minat sukuk bertambah. Kami melihat dukungan pemerintah sejumlah negara meningkat dengan adanya finalisasi peraturan yang memungkinkan penerbitan sukuk di pasar lokal mereka," ujar Farook.
Negara-negara seperti Maroko, Nigeria, Oman, Afrika Selatan dan Tunisia juga menunjukkan minat besar dalam penerbitan sukuk negara pada 2014 untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur.
Meski prospek sukuk di 2014 cukup bagus, namun ada beberapa tantangan pasar, di antaranya transparansi, standardisasi dan likuiditas di pasar sekunder.
Hal ini disebabkan terbatasnya mekanisme perdagangan dan perlakuan struktur sukuk tertentu di dalam yurisdiksi yang berbeda.
Penjual dan pembeli sukuk di negara-negara Afrika Utara seperti Tunisia, Libya dan Maroko mendukung penerbitan sukuk. Semua yurisdiksi Afrika Utara telah menunjukkan minat dan dukungan lebih besar untuk keuangan syariah.
Negara-negara tersebut kini bekerja untuk membangun kerangka kerja baru dan/atau memperkuat struktur keuangan syariah.