REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Bukopin (BSB) akan terus mengembangkan linkage program untuk menyalurkan pembiayaan ke sektor mikro. Linkage program dengan lembaga keuangan yang aktif menerjuni pembiayaan mikro dinilai menjadi salah satu strategi tepat bagi BSB melakukan pembiayaan ke sektor mikro.
Direktur Utama BSB, Riyanto mengatakan alasan pertama BSB mengembangkan linkage program adalah menciptakan efisiensi. "Dengan linkage program, kami akan bangun efisiensi dalam pengelolaan pembiayaan mikro," ujarnya saat ditemui di kantor pusat BSB, Jakarta, kemarin.
Alasan lainnya adalah lebih memberikan fokus kompetensi terhadap lembaga keuangan yang diajak kerja sama. Menurutnya pembiayaan mikro sangat unik. Pembiayaan mikro cenderung berbiaya tinggi karena di dalamnya membutuhkan satu pembinaan dan monitoring lebih sehingga bank akan kesulitan.
Di sisi lain, pembiayaan mikro membutuhkan infrastruktur dan sistem kuat. "Pembiayaan mikro umumnya ada di daerah kecil yang relatif belum terjangkau outlet layanan BSB dan sulit diakses teknologi," ucapnya.
Dalam menyalurkan pembiayaan mikro, BSB memiliki dua strategi, yakni lewat pembiayaan langsung dan linkage program. "Tapi yang pembiayaan langsung saat ini masih relatif kecil," ujar Riyanto.
Ke depannya, strategi pembiayaan langsung menjadi suatu kebutuhan karena sektor mikro akan menjadi segmen yang akan berperan penting dalam bisnis bank di masyarakat. Potensi mikro di Indonesia masih sangat besar walaupun secara kuantitas belum terukur.
Riyanto berujar jika dilihat dari jumlah pengusaha maupun masyarakat, 90 persennya masuk dalam sektor mikro. Namun hanya 20 persen saja yang terakses lembaga keuangan formal. Sisanya masih belum terlayani, kalaupun sudah terlayani hanya lewat jasa keuangan non formal. "Kami akan kembangkan ke arah sana. Tapi karena ada keterbatasan, kami akan masuk ke 20 persen yang sudah bisa diakses keuangan," ucapnya.
Jumlah lembaga keuangan yang diajak kerjasama lewat linkage program oleh BSB memang belum banyak. Tetapi besaaran yang disalurkan lewat linkage program sudah 10 persen dari total portofolio yang ada sekitar Rp 300 miliar.
Hingga September 2013, perkembangan kinerja keuangan BSB menunjukkan pertumbuhan baik. Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 29 persen atau menjadi Rp 3,35 triliun dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 2,61 triliun. Total pembiayaan mencapai Rp 3,19 triliun atau meningkat 24 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,59 triliun. Aset mencapai Rp 4,125 triliun atau tumbuh 19 persen dari periode yang sama di 2012. Posisi laba bersih meningkat 65 persen menjadi Rp 22,177 miliar.
Riyanto mengatakan saat ini penyaluran pembiayaan BSB fokus pada delapan segmen bisnis, yakni pembiayaan segmen keuangan, perdagangan, pendidikan, kesehatan , properti dan infrastruktur, transportasi, energi, serta minyak and gas.