REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan perekonomian dunia belum aman. Begitu pula dengan perekonomian Indonesia.
Hal tersebut ditandai masih adanya potensi gejolak baru ditingkat dunia utamanya kebijakan Amerika Serikat.
"Ekonomi dunia belum aman. Ekonomi kita belum aman benar. Setiap saat ada gejolak baru di tingkat dunia, kebijakan AS yang disebut Quantitative Easing," katany, Senin (4/11).
Ia mengatakan kebijakan ekonomi makro walaupun masih bersifat wacana sering menghantam perekonomian negara lain. Dikatakannya pula, meski sementara ekonomi sudah menggeliat dan kebijakan AS ditunda, tetapi diingatkannya pula bukan berarti AS diam saja dengan kondisi ekonominya sendiri.
"Nampaknya akan ada perubahan yang fundamental di AS. Sekarang agak rileks sedikitnya bukan berarti Amerika tidak melaksanakan kebijakan tapering off dari quantitative easing. Maka, lebih baik berjaga-jaga, sedia payung sebelum hujan," katanya.
Ia menegaskan pemerintah akan terus bekerja. Tetapi, ia pun meminta kerja sama termasuk dari dunia usaha jika pekerjaan pemerintah perlu dikoreksi atau diberikan rekomendasi.
"Saya mengajak teman-teman pusat dan daerah, struktural reform, simplifikasi perijinan, menghilangkan distorsi dan macam-macam yang bikin investasi tidak berjalan semua," katanya.
Menurutnya, dengan persiapan yang lebih matang, Indonesia seharusnya bisa menghadapi gejolak ekonomi di kemudian hari.
"Kita jauh lebih siaap. Paling tidak meminimalkan dampaknya. Daripada saya katakan: everything ok. Itu tidak bagus. Kita melakukan segalanya sekarang ini all out dan saya minta kebersamaan mengelola persoalan ini," katanya.