Kamis 24 Oct 2013 16:46 WIB

Sektor Infrastruktur Butuh 200 Miliar Dolar AS

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
proyek infrastruktur
Foto: Pandega/Republika
proyek infrastruktur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebutuhan infrastruktur di Indonesia akan terus meningkat. Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Hediyanto W Husaini mengatakan, investasi di sektor infrastruktur mencapai 200 miliar dolar AS atau lima persen dari produk domestik bruto (PDB). Sektor infrastruktur sebesar itu dibutuhkan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi lima tahunan 2010-2014. Sekitar 29 persen investasi ini dikeluarkan oleh pemerintah pusat,18 persen oleh pemerintah daerah, dan 18 persen lainnya oleh badan usaha milik negara (BUMN).

''Sisa 35 persen diharapkan dibiayai oleh sektor swasta,'' kata dia pada pembukaan concrete show di JIexpo, Jakarta, Kamis (24/10).

Menurut Hediyanto, pengembangan infrastruktur merujuk pada masterplan percepatan perluasan dan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) sebagai bagian kesatuan dalam sistem perencanaan pengembangan nasional. Strategi MP3EI termasuk pengembangan ekonomi yang potensial di enam sektor, konektivitas nasional, dan memperkuat sumber daya manusia.

Dana yang dibutuhkan, kata dia, untuk program ini dari 2011 sampai 2025 diperkirakan mencapai 400 miliar dolar. Hampir setengah dana itu akan dialokasikan untuk membiayai proyek infrastruktur. Pemerintah berkomitmen untuk mempercepat realisasi mengembangkan infrastruktur dengan memperketat dan merevisi untuk efisiensi, kolaborasi antara perusahaan swasta dan BUMN dan sepenuhnya dibiayai  perusahaan swasta.

Utamanya, ujar Hediyanto, proyek itu terdiri dari pembuatan jalan tol, jembatan, waduk, airport, pelabuhan laut, dan pembangunan strategis di sektor infrastruktur lainnya yang nilainya lebih dari 34 miliar dolar AS. Tujuh tahun terakhir, kata dia, nilai proyek konstruksi di Indonesia naik menjulang mengikuti pengembangan infrastruktur yang berkesinambungan.

Hediyanto menerangkan, pertumbuhan nilai konstruksi itu juga disebabkan pembangunan infrastruktur tambang dan gedung yang masif karena pertumbuhan ekonomi. Nilainya, kata dia, telah meningkat kurang dari delapan miliar dolar AS pada 2006 mendekati 30 miliar dolar AS pada 2012. Diperkirakan akan mencapai 40 miliar dolar AS pada 2013.

Menurut dia, pengembangan infrastruktur secara masif mengerek permintaan bahan konstruksi dan peralatannya, termasuk semen dan baja sebagai materi utama pada beton. Semisal, konsumsi semen telah tumbuh dari 32 juta ton pada 2006 menjadi 55 juta ton pada 2012. Pada saat yang sama konsumsi baja juga tumbuh dari 6,4 juta ton menjadi 13 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement