REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rahmat Pambudi mengatakan apabila musim pengujan datang bersamaan dengan musim panen, dipastikan produksi padi menurun. Bulog harus mempersiapkan diri dari sekarang dengan membeli beras sebanyak-banyakanya untuk cadangan. "Bulog harus punya cadangan sebanyak-banyaknya," ujarnya kepada ROL, Selasa (22/10).
Musim penghujan bagi petani lebih meresahkan dibandingkan musim kering. Perlu persiapan berupa pompa dan embung yang cukup di daerah-daerah produsen. Di India misalnya, pompa air terbukti membantu petani dalam menghadapi pergantian iklim. Masyarakat juga harus didorong membangung biopori agar cadangan air tanah cukup.
Bulog juga diingatkan agar mewaspadai musim kering yang biasanya terjadi setelah musim penghujan. Lalu petani juga perlu diberikan benih tepat waktu dan pupuk dengan jumlah yang tepat.
Ketua Kajian Strategis Nasional Sarikat Tani Indonesia (STI) Achmad Yakub mengatakan potensi gagal panen di musim penghujan amat tinggi. Namun hal ini bukanlah legitimasi untuk bersiap impor beras. "Sebaliknya segera Bulog sekarang-sekarang ini menyisir dan membeli gabah dan beras petani," ujarnya.
Petani juga berharap pemerintah segera merevisi Harga Pembelian Pemerintah (HPP) karena dianggap sudah tidak mumpuni. Harga beras di pasaran sudah mencapai lebih dari Rp 7000 per kg. "Akibat inflasi 6-8 persen maka sudah seharusnya HPP gabah kering panen, gabah kering giling dan beras di tingkat petani direvisi," katanya.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2013, posisi harga gabah Rp 4.047 per kg atau 20,60 persen diatas HPP. Sedangkan harga beras termurah di tingkat eceran Rp 8.675 per kg atau 30.86 persen diatas HPP.