Kamis 03 Oct 2013 15:46 WIB

BCSA dengan Cina Baik untuk Daya Tahan Cadev Nasional

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
cadangan devisa, ilustrasi
cadangan devisa, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) baru saja memperpanjang perjanjian kerja sama dengan bank sentral Cina People's Bank of China senilai 15 miliar dolar AS. Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Destri Damayanti mengungkapkan Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) merupakan langkah baik BI untuk menjaga cadangan devisa.

"Ini bagus untuk daya tahan cadangan devisa kita," ujar Destri saat ditemui usai pengambilan sumpah jabatan Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Gedung Mahkamah Agung (MA), Kamis (3/10). Seperti diketahui, cadangan devisa Indonesia per 30 Agustus senilai 92,997 miliar dolar AS.

Ke depan ia mengharapkan perjanjian bilateral ini dapat mengurangi ketergantungan negara terhadap dolar AS. Misalnya dengan mengganti dolar dengan nilai tukar negara yang menjadi partner dalam perjanjian bilateral tersebut. Destri mengungkapkan saat ini isu perubahan nilai tukar transaksi ini tengah dibahas.

Namun jika pengubahan nilai tukar transaksi ini disetujui, negara harus menyediakan mata uangnya. Misalnya perjanjian dengan Cina dan Jepang, pemerintah harus menjamin ketersediaan yuan dan yen. Jangan sampai ketika importir melakukan perjanjian perdagangan dengan Cina atau Jepang tapi kesulitan mendapatkan mata uang kedua negara.

Perubahan mata uang ini, kata Destri, sangat bergantung pada perjanjian kedua pihak. Menurutnya harus ada kesepakatan antarnegara untuk menggunakan mata uang salah satu negara dengan pertimbangan ketersediaan nilai tukar tersebut di pasar. "Kalau perjanjian seperti ini terdiversifikasi, maka ketergantungan terhadap dolar AS akan berkurang sehingga tekanan terhadap dolar AS pun ikut berkurang," kata Destri.

Sebelumnya BI dan bank sentral Cina menandatangani perjanjian BCSA senilai 15 miliar dolar AS. Perjanjian ini merupakan perpanjangan dari perjanjian yang telah dibuat sebelumnya senilai 100 miliar dolar.

Perjanjian ini merupakan wujud nyata dari penguatan kerjasama keuangan antar bank sentral dalam kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan. “Kerjasama ini mencerminkan komitmen regional dalam menghadapi kondisi ketidakpastian global dan akan berkontribusi positif dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan domestik,” ujar Gubernur BI Agus Martowardojo dalam siaran persnya, Rabu (2/10).

Dengan adanya BCSA diharapkan akan meningkatkan perdagangan dan investasi langsung antara Indonesia dan Cina, membantu penyediaan likuiditas jangka pendek bagi stabilisasi pasar keuangan, dan tujuan lainnya sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Agus meyakini bahwa kerja sama antar bank sentral ini akan semakin meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Perjanjian akan berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang sesuai persetujuan kedua belah pihak. Selain dengan Cina, BI juga telah melakukan perjanjian serupa dengan bank sentral Jepang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement