Jumat 02 Aug 2024 15:45 WIB

KSSK Yakin Rupiah Bakal Bergerak Menguat

Posisi cadev Indonesia akhir Juni 2024 meningkat jadi sebesar 140,2 miliar dolar AS.

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) bersama Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (kiri), Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kedua kanan) dan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa berpose bersama usai acara konferensi pers
Foto: (ANTARA/Aloysius Lewokeda)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) bersama Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (kiri), Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kedua kanan) dan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa berpose bersama usai acara konferensi pers

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) optimistis nilai tukar rupiah bakal bergerak stabil dengan kecenderungan menguat ke depannya.

“Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan bergerak stabil dengan kecenderungan menguat,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Nilai tukar rupiah per 26 Juli 2024 menguat 0,52 persen (month-to-date/mtd) dibandingkan posisi akhir Juni 2024. Sementara jika dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, nilai tukar rupiah melemah 5,48 persen (year-to-date/ytd), sejalan dengan kondisi global.

Namun, pelemahan nilai tukar rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara-negara kawasan, seperti won Korea (6,93 persen ytd) dan yen Jepang (8,27 persen).

Menurut Menkeu, kecenderungan menguatnya rupiah ke depan sejalan dengan menariknya imbal hasil (yield), rendahnya inflasi yang berada pada level 2,13 persen pada Juli, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Di samping itu, komitmen Bank Indonesia (BI) menstabilkan nilai tukar rupiah turut mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing.

“Nilai tukar rupiah menguat dipengaruhi bauran kebijakan moneter yang ditempuh BI dalam memitigasi dampak rambatan global,” ujarnya.

Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2024 meningkat menjadi sebesar 140,2 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

BI terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter, termasuk memperkuat strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Selain itu, BI juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement