Kamis 03 Oct 2013 15:20 WIB

Harga Minyak Turun di Tengah Kecemasan 'Government Shutdown'

Harga minyak merosot (ilustrasi)
Foto: IRAQENERGY.ORG
Harga minyak merosot (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA--Harga minyak turun di perdagangan Asia, Kamis (3/10) karena investor mengkhawatirkan permintaan minyak mentah Amerika Serikat, akibat penutupan layanan publik di negara itu

Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 48 sen menjadi 103,62 dolar dalam perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan November turun 38 sen ke posisi 108,81 dolar.

WTI melonjak 2,06 dolar di New York pada perdagangan Rabu di tengah pemberitaan seputar hampir selesainya jaringan pipa utama Gulf Coast ASS, tetapi sentimen optimis hanya berumur pendek. Brent telah naik 1,25 doolar di perdagangan London.

"Pasar secara dekat terus mengikuti perkembangan di Amerika Serikat karena penutupan layanan publik federal sudah memasuki hari ke tiga. Kelanjutan dari 'shutdown' akan meredam harga," kata Sanjeev Gupta, kepala praktisi Minyak dan Gas Asia- Pasifik pada perusahaan konsultan EY.

Pembicaraan antara Presiden Barack Obama dan pemimpin Partai Republik pada Rabu gagal memecahkan kebuntuan. Dua kubu saling menuduh yang lain menolak untuk bernegosiasi .

Yoyce Liu, analis investasi pada Phillip Futures di Singapura , mengatakan kesuraman investor terpengaruh kuat dengan kemungkinan pemerintah AS memperpanjang "shutdown". Situasi ini diperparah oleh laporan pekerjaan AS yang memburuk.

Payrolls perusahaan ADP, Rabu sempat  mengumumkan sektor swasta AS menambah 166.000 pekerjaan pada September. Angka itu masih di bawah harapan analis dan dinilai terlalu lemah bila dikaitkan penurunan jumlah pengangguran.

"Yang lebih buruk, penambahanan lapangan kerja ADP di bawah ekspektasi bersamaan dengan langkah merumahkan sekitar 800.000 tenaga kerja karena 'shutdown' yang dilakukan pemerintah. Situasi ini jelas tidak melukiskan masa depan yang optimis untuk pasar tenaga kerja AS," kata Liu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement