Selasa 01 Oct 2013 14:56 WIB

Bawang Merah, Cabai dan Tarif Angkutan Antarkota Topang Deflasi September

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang berjualan sembako di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pedagang berjualan sembako di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya deflasi 0,35 persen pada September 2013.  Kepala BPS Suryamin dalam temu pers di kantornya, Selasa (1/10), mengatakan terdapat empat komponen utama yang memiliki andil terhadap deflasi pada bulan september tahun kalender tersebut.  Keempat komponen itu adalah bawang merah, cabai merah, tarif angkutan kota dan cabai rawit.

Suryamin menjelaskan, bawang merah memiliki andil -0,49 persen terhadap deflasi September dengan perubahan harga terhadap Agustus -38,2 persen.  "Perubahan ini karena stok bawang merah melimpah seiring panen di sentra produksi," ujar Suryamin. Dari 66 kota IHK, perubahan harga tertinggi terjadi di Bima 66 persen dan di Mataram 58 persen.

Kemudian untuk cabai merah, memiliki andil -0,12 persen dengan perubahan harga -19,03 persen. Sebagaimana bawang merah, perubahan harga disebabkan oleh stok cabai merah yang mencukupi.  Selain itu, perubahan harga juga didorong oleh penurunan permintaan dari masyarakat. "Jika dibanding puasa dan Idul Fitri alami penurunan," kata Suryamin seraya menyebut perubahan harga terjadi di 62 kota IHK.

Berikutnya adalah tarif angkutan antar kota yang memiliki andil -0,09 persen dengan perubahan harga -11,27 persen. Suryamin menjelaskan tarif angkutan ini telah kembali ke titik normal selepas adanya kenaikan akibat kebijakan tuslah Agustus silam. Terakhir pada cabai rawit, terdapat andil -0,08 persen dengan perubahan harga -23,48 persen.  "Ini juga karena stok banyak."

Selain keempat komponen di atas, terdapat enam komponen penyebab deflasi yaitu telur ayam ras, tarif angkutan udara, tomat sayur, daging sapi, ikan segar dan wortel. Sedangkan untuk penghambat deflasi, Suryamin menyebut emas perhiasan menjadi pendorong utama dengan andil 0,21 persen dan perubahan harga 10 persen.  "Ini karena kenaikan harga emas perhiasan yang dipicu harga emas internasional," kata Suryamin.

Kemudian secara berturut-turut penghambat deflasi lainnya adalah tempe dengan andil 0,05 persen dan perubahan harga 9,06 persen serta tahu mentah dengan andil 0,04 persen dan perubahan harga 7,65 persen. 

Suryamin mengatakan kenaikan harga tempe dan tahu tak lepas dari gejolak harga kedelai beberapa waktu lalu. Selain ketiga komponen di atas, komponen-komponen penghambat deflasi antara lain daging ayam ras, tarif sewa rumah, beras, nasi dengan lauk, rokok kretek filter dan tarif kontrak rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement