Selasa 01 Oct 2013 12:35 WIB

BMT Berpeluang Tumbuh Saat Ekonomi Terpuruk

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Seorang teller melayani nasabah di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Seorang teller melayani nasabah di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baitul Maal wa Tamwil (BMT) mempunyai peluang cukup besar di tengah keterpurukan ekonomi. Pertumbuhan BMT justru cenderung lebih pesat dari biasanya saat sektor ekonomi makro sedang terganggu.

"BMT di Jawa Tengah tumbuh pesat pada kurun waktu 2000 sampai 2005 saat bank justru tiarap. Pada krisis global 2008 sampai 2010 BMT juga tumbuh pesat" ujar Ketua II Perhimpunan BMT Indonesia, Awalil Rizki di Aula Masjid Raya Pondok Indah, Selasa (1/10).

Dunia perbankan, baik konvensional dan syariah mengalami perlambatan pertumbuhan bisnis, khususnya dalam hal penyaluran pembiayaan. "Bank-bank cenderung menahan diri dan berhati-hati menyalurkan pembiayaan. Harusnya BMT mengambil peluang dari hal ini," kata dia.

Awalil mengatakan berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), penyaluran pembiayaan perbankan ke sektor mikro sekitar 17 persen. "Kemungkinan 2013 penyaluran pembiayaan mikro melambat lagi," ucapnya.

Menurutnya BMT harus cermat menempatkan posisinya dalam memanfaatkan peluang tersebut. Pasalnya seagresifnya bank menyalurkan pembiayaan ke mikro, namun tetap ada batasan yang membuat bank tidak dapat menyalurkan pembiayaan mikro seperti BMT. "Upaya jemput bola nasabah yang dilakukan bank tidak bisa sedekat seperti yang dilakukan oleh BMT," ujarnya. Dia menyebut kondisi tersebut memaksa bank bekerjasama dengan BMT dalam menyalurkan pembiayaan mikro, khususnya pada 2014.

Ketua Asosiasi BMT se-Indonesia (Absindo), Aries Muftie mengatakan Absindo tidak bisa melarang bank-bank yang mulai menyasar pembiayaan mikro. "Kalau dilarang, yang rugi sektor mikro (rakyat)," kata dia.

Menurutnya, jika BMT mempunyai keterbatasan kemampuan penyaluran pembiayaan ke mikro, maka berikan saja tugas itu ke bank. Pasalnya yang terpenting dari pembiayaan mikro adalah rakyat kecil dapat memperoleh dana untuk kebutuhannya.

Bank, kata Aries, dapat memberikan harga lebih murah lantaran memiliki cukup banyak Dana Pihak Ketiga (DPK). Sementara BMT tidak bisa memberi harga murah karena saat BMT memberi pinjaman ke anggota, justru anggota BMT lebih memilih menyimpan uang di bank lantaran lebih aman, nyaman dan menguntungkan.

Aries mengatakan kunci bersaing yang bisa dilakukan BMT adalah melalui Apex-BMT. Apex BMT merupakan induk BMT yang membawahi BMT yang telah tergabung dalam komunitas Absindo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement