Selasa 01 Oct 2013 11:59 WIB

Pertama Kali Sejak 2001, Indonesia Alami Deflasi 0,35 Persen

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Ketua BPS Suryamin
Foto: antara
Ketua BPS Suryamin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadinya deflasi 0,35 persen sepanjang September 2013. Kepala BPS Suryamin dalam temu pers di kantornya, Selasa (1/10), mengatakan salah satu penyebab deflasi adalah semakin berkurangnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dieksekusi Juni 2013. "Dampaknya mulai turun sehingga memberikan dampak deflasi," ujar Suryamin.

Suryamin mengatakan deflasi 0,35 persen pada September 2013 merupakan yang pertama sejak September 2001. Sebelumnya pada 2000 terjadi deflasi 0,06 persen dan pada 1999 terjadi deflasi 0,68 persen. Setelah itu, senantiasa terjadi inflasi. Dengan deflasi 0,35 persen pada September 2013, maka inflasi tahun kalender tercatat 7,57 persen dan inflasi tahunan (year on year) sebesar 8,40 persen.

Kemudian inflasi komponen inti September 2013 0,57 persen dan inflasi inti year on year September 4,72 persen. Sedangkan inflasi umum year on year September 2013 8,40 persen.  Suryamin menyebut dengan inflasi inti yang besarnya masih di bawah inflasi umum, mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia masih baik. Dari pemantauan BPS di 66 kota IHK, terjadi deflasi di 53 kota dan inflasi di 13 kota.

Deflasi tertinggi di Sorong 4,28 persen, sedangkan inflasi tertinggi di Tanjung Pinang 1,70 persen. Dari sisi komponen, deflasi 0,35 September 2013 disumbang kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi 2,88 persen dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,12 persen. Sedangkan komponen penyumbang inflasi yang dominan adalah sandang 2,99 persen.  "Sandang inflasi karena harga emas perhiasan yang naik dipengaruhi harga internasional," kata Suryamin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement