Senin 30 Sep 2013 17:04 WIB

'Hitung Cermat Untung-Rugi Bangun Peternakan di Australia'

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Seorang peternak di sebuah peternakan sapi di Jakarta, Rabu (17/4).   (Republika/Aditya Pradana Putra)
Seorang peternak di sebuah peternakan sapi di Jakarta, Rabu (17/4). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diimbau untuk berhitung secara cermat apabila rencana membeli peternakan sapi di Australia jadi dilakukan. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan biaya justru membengkak, dibandingkan jika membangun peternakan di Indonesia. Rencana ini boleh direalisasikan apabila menurut perhitungan biaya produksi bisa ditekan.

"Harus hitung fasilitasnya, biaya pakan yang pastinya lebih mahal, lalu biaya transfer sapi," ujar Pengamat Pertanian dari Universitas Indonesia, Berly Martawardaya, Senin (30/9).

Sementara itu, pemerintah masih perlu menyiapkan strategi agar harga daging sapi bisa stabil. Apabila harga mengikuti mekanisme pasar, maka pemerintah bisa  melakukan pengaturan dengan sistem tarif yang fleksibel. Misalnya, apabila terjadi kekurangan pasokan, maka tarif impor bisa dikurangi. Sebaliknya, jika terjadi kelebihan pasokan, maka tarif impor bisa dinaikkan.

Berly mengingatkan agar apapun strategi yang dipilih tetap memberikan ruang gerak bagi peternak. Selain itu, segala peraturan semestinya dilihat tingkat efisiensinya. Secara umum, menurut dia, hanya ada dua cara untuk menjaga kestabilan harga daging, yaitu kuota dan tarif. Sistem kuota bisa efektif dalam jangka waktu yang panjang, minimal tiga bulan. Sedangkan mekanisme tarif lebih fleksibel dan cepat dilakukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement