REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menyatakan di tengah gejolak harga kedelai di Indonesia belakangan ini, tren harga komoditas tersebut di pasar internasional relatif stabil bahkan sempat turun.
"Indonesia mengalami ketergantungan kepada kedelai impor, maka jika terjadi gangguan di negara produsen, dan terjadi depresiasi nilai tukar memang benar akan berdampak pada stabilitas harga kedelai domestik. Namun ironisnya, tren harga kedelai internasional sebenarnya relatif stabil," kata Enny di Jakarta, Selasa (10/9).
Enny juga mengatakan pada Juni-Agustus 2012, saat harga kedelai domestik melonjak 30 persen, sejatinya pada periode tersebut kenaikan harga kedelai internasional hanya tujuh persen. Bahkan harga kedelai internasional turun di posisi 523,63 dolar AS per ton pada bulan Agustus 2013. "Artinya kenaikan harga kedelai karena faktor eksternal yaitu karena kenaikan harga internasional itu terpatahkan," kata Enny.
Menurut Enny, ada penyebab lain kenaikan harga kedelai, antara lain kebijakan ketahanan pangan yang tidak mampu mendorong petani memaksimalkan lahan tanaman kedelai, sehingga dampaknya Indonesia tergantung kedelai impor, dan gejolak rupiah menjadi kambing hitam kenaikan harga kedelai. Di sisi lain keadaan tersebut menjadi peluang terjadinya praktik kartel yang dilakukan para importir yang mendapat kuota impor kedelai terbesar.