REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menanggapi harga kedelai yang melejit beberapa hari terakhir, Menteri Perdagangan, Gita Wiryawan mengungkapkan keprihatinan. Atas dasar itu pula pemerintah Pemerintah, melalui Kementrian Perdagangan memastikan segera mendistribusikan kedelai ke perajin tahu dan tempe sehingga diharapkan mogok produksi dapat diakhiri.
“Saya tanya apakah memakai kedelai lokal atau impor? ternyata kedelai ini diimpor dan membelinya memakai mata uang dolar AS, dan ada gejolak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini,” katanya saat dialog dengan pihak Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) di Jakarta, Senin (9/9).
Meski ia tidak menyetujui jika para perajin mogok produksi hanya karena kekirangan stok (kedelai). Gita menjamin stok kedelai ada dan harganya terjangkau.
Saat ini ada lebih dari 300.000 ton kedelai. Hanya saja untuk stok jangka pendek, Kemendag sepakat untuk melibatkan perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog). “Tetapi kalau Bulog diberdayakan, petani juga harus meningkatkan produksi. Bulog juga berperan sebagai fasilitator,” ucapnya.
Kemendag, ujarnya, hari ini juga sudah duduk bersama dengan pengusaha dan meminta pengusaha harus menyalurkan kedelai yang dimiliki ke perajin.
“Malam ini kami akan memastikan distribusi kedelai ke perajin tahu dan tempe,” tuturnya. Hanya dia menegaskan perlu ada kerja sama antara pemerintah, Gakoptindo, dan pengusaha.
Selain itu, kata Gita, pihaknya juga akan menerapkan kedelai dengan harga khusus. “Saya janji, malam ini atau besok akan kami tuntaskan,” tuturnya.
Dia juga menekankan solusi masalah ini ke depannya adalah peningkatan produksi dalam negeri dan memastikan stok kedelai cukup. “Jadi kedepannya kedelai tidak terkena (dampak) gejolak nilai tukar rupiah,” tuturnya.