Senin 05 Aug 2013 19:37 WIB

BI Sarankan Bank Naikkan Sementara Suku Bunga Simpanan

Rep: Satya Festiani/ Red: Heri Ruslan
Bank Indonesia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya inflasi dapat mengerek suku bunga simpanan. Bunga simpanan yang lebih rendah daripada inflasi akan menyebabkan negative real interest rate sehingga nasabah enggan menyimpan dananya di bank.

Bank Indonesia (BI) dapat memahami bahwa kenaikan inflasi akan membuat suku bunga simpanan naik. Namun, BI menyerahkan keputusan kenaikan suku bunga simpanan pada masing-masing bank.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Johansyah, mengatakan perbankan lebih mengetahui kondisi masing-masing. "Kalau mau naikkan suku bunga simpanan, sementara saja karena dampak inflasi jangka pendek," ujar Difi, Senin (5/8).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi bulanan pada Juli 2013 sebesar 3,29 persen atau 8,61 yoy. Laju inflasi tahun kalender (year to date) sampai dengan Juli 6,75 persen. Tingkat BI Rate saat ini 6,5 persen.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan tingginya inflasi saat ini disebabkan oleh harga pangan dan musiman sehubungan dengan adanya bulan Ramadhan. Biaya pendidikan pun turut mengerek tingginya inflasi.

Ia optimistis pemerintah masih dapat mencapai target inflasi sebesar 7,2 persen pada akhir tahun karena pemerintah telah merespons kenaikan harga pangan dengan menambah pasokan. Langkah tersebut belum dapat meredam inflasi bulan Juli karena distribusinya belum dilakukan dengan cukup. "Kedatangan dari barang-barang impor itu baru di awal Agustus, jadi kalau sekarang di bulan Juli inflasi itu agak tinggi," ujar dia.

Dengan mengalirnya pasokan pangan pada Agustus, Agus mengharapkan inflasi bulanan Agustus akan lebih rendah dan kembali normal pada September.

Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk, Glen Glenardi, mengatakan pihaknya menyesuaikan suku bunga simpanan sesuai BI Rate untu merespons inflasi. "Kita sudah menyesuaikan suku bunga dana sebesar 50 basis poin (bps) sehingga sama dengan BI Rate," ujar Glen.

Kenaikan suku bunga simpanan tersebut dilakukan untuk memperebutkan likuiditas di pasar. Glen mengaku likuiditas Bank Bukopin masih bagus dan tidak akan mengetat pada semester II-2013.

"Likuiditas mengetat dalam hal persaingan suku bunga. Kalau tidak adjustment diambil bank lain. Bukopin optimistis likuiditas tidak akan mengetat," ujar dia.

Kenaikan suku bunga simpanan akan berimbas pada kenaikan suku bunga kredit untuk beberapa jenis pinjaman. Glen mengatakan Bank Bukopin hingga saat ini belum menaikan suku bunga kredit. Pihaknya tengah mengkaji resiko dari setiap sektor. Sektor yang beresiko tinggi, bunganya akan dinaikan.

Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Zulkifli Zaini, mengatakan inflasi yang tinggi akan menyebabkan kompetisi pencarian dana pihak ketiga (DPK) semakin tinggi. Bank mau tidak mau harus menaikan suku bunga simpanannya untuk menarik banyak nasabah.

"Kalau tidak maka akan terjadi negative real interest rate, yakni bunga DPK di bawah inflasi," ujar Zulkifli. Menurutnya, nasabah enggan menyimpan dana di bank yang suku bunga dananya lebih rendah dari inflasi.

Ia juga menilai inflasi yang tinggi akan membuat perbandingan loan to deposit ratio (LDR) akan terus meningkat. Bank-bank akan berebut mencari dana walaupun belum ada kebijakan BI Rate. Bunga DPK yang naik akan turun kembali apabila inflasi kembali terkendali dan melandai.

“Kalau inflasi turun, bisa jadi suku bunga DPK turun. Jadi ini sangat tergantung inflasi,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement