Kamis 01 Aug 2013 13:43 WIB

DSN-MUI Prihatin Indonesia Tak Masuk 25 Bank Syariah Terbesar Dunia

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan Syariah.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), Ma'ruf Amin menilai pertumbuhan industri keuangan syariah Indonesia tidak lambat tapi juga tidak terlalu cepat. Indonesia, kata Ma'ruf, patut iri dengan Malaysia karena sektor keuangan syariah di sana sangat didukung pemerintah setempat.

"Di Malaysia, dana pemerintah 85 persen dan swasta hanya 15 persen. Sementara kita seluruhnya adalah dana dari masyarakat," ujar Ma'ruf kepada ROL, baru-baru ini. Menurutnya, Pegiat keuangan syariah harus mendorong dana milik pemerintah disalurkan juga melalui institusi keuangan syariah.

Ma'ruf mengaku prihatin karena tidak ada satupun bank syariah Indonesia yang masuk dalam jajarang 25 bank syariah terbesar dunia. "Ini memalukan, bangsa yang mayoritas muslim dengan kondisi ekonomi yang tidak jelek tapi tidak ada bank syariahnya yang masuk 25 besar," ucapnya.

Karenanya dia mendorong agar segera dilakukan konversi salah satu bank BUMN menjadi bank syariah. "Tapi jawaban pemerintah, sedang dipikirkan. Saya tidak tahu sampai kapan dipikirkannya," kata Ma'ruf.

Potensi ekonomi syariah sangat besar, namun sayangnya belum digarap maksimal. Ma'ruf mengibaratkan ekonomi syariah Indonesia bagai macan tidur.

BI memprediksi dalam beberapa tahun ke depan, market share perbankan syariah Indonesia mencapai 15 persen hingga 20 persen. Dia mengatakan prinsip yang hendak dibangun adalah prinsip perbaikan dari waktu ke waktu dan mempercepat perbaikan secara berkelanjutan dalam tempo lebih cepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement