REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah pada Kamis (25/7) pagi cenderung bergerak mendatar terhadap dolar AS seiring dengan naiknya suku bunga pinjaman Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta belum bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp 10.250 per dolar AS.
"Kenaikan suku bunga LPS itu jika direspon positif oleh deposan akan membantu mengurangi pelemahan mata uang domestik karena menjadi insentif masuknya rupiah ke perbankan," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Kamis (25/7).
Ia mengemukakan searah dengan pergerakan kenaikan suku bunga di pasar uang antarbank, LPS juga menaikkan suku bunga penjaminan 50 bps menjadi 6,25 persen untuk simpanan rupiah di bank umum. "Selain itu, juga kenaikan 50 bps untuk BPR sehingga menjadi 8,75 persen, dan untuk simpanan valas di bank umum tetap 1,25 persen," kata dia.
Ia menambahkan Bank Indonesia (BI) akan melakukan lelang foreign exchange (FX) swaps yang diharapkan bisa mengurangi tekanan pelemahan. "Lelang FX swap ini mestinya positif untuk penguatan nilai tukar rupiah ke depan," kata dia.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menambahkan pergerakan nilai tukar rupiah masih dibayangi oleh melemahnya sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS. "Masih belum pulihnya sektor manufaktur Cina dan beberapa negara lainnya membuat mata uang Asia cenderung berada di area negatif," kata dia.