REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) sedang menjalani tugas dari pemerintah sebagai stabilisator harga. Bulog dimudahkan untuk mengimpor daging tanpa melalui mekanisme seperti layaknya importir daging. Namun sebagai pelaku bisnis, Bulog harus juga mendulang untung dari kegiatan ini.
Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan Bulog telah menyatakan komitmen untuk tidak mengambil keuntungan yang besar. Namun Bulog tidak mau juga merugi. "Mereka akan sangat bijaksana untuk tidak rugi dan tidak untung besar demi kepentingan stabilisasi harga,"ujar Mendag ditemui di Kantor Kemendag, Jumat (19/7).
Gita beranggapan Bulog sebagai BUMN wajar untuk tetap memperhitungkan kerugian yg tidak diinginkan. Bulog pun menurutnya cukup mengambil untung Rp 2.000 per kg. "Saya rasa kalau mereka bisa untung Rp 2.000 perak per kilogram juga sudah bagus," ujar Gita kepada ROL.
Pemerintah terus memantau pergerakan Bulog sebagai stabilisator daging. Bentuknya berupa koordinasi dengan pihak Bulog mengenai jumlah dan waktu tiba daging di Indonesia. Pemerintah juga mengawasi pendistribusian di seluruh pasar.
Bulog menurut Mendag juga sedang mencari pasokan daging dari sumber domestik. Kemarin, Bulog berhasil mendapatkan 10 hingga 20 ekor sapi. Hingga saat ini daging impor Bulog yang tiba baru sekitar 16 ton dari jumlah 3.000 ton.