REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan di tanah air mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 17,45 persen hingga Mei 2013 dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Laba bersih tercatat sebesar Rp 42,7 triliun.
Ekonom dari Unika Atmajaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, mengatakan pertumbuhan laba berasal dari dana murah dan ekspansi kredit yang masih lumayan tinggi. "Sehingga NIM masih lebar. Keuntungannya tinggi," ujar Agus pada Rabu (17/7).
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit bank melambat menjadi 21,03 persen atau menjadi sebesar Rp 2.909,09 triliun. Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) pun turun dari 5,53 persen, menjadi 5,41 persen.
Pertumbuhan laba yang tinggi tidak akan dinikmati perbankan untuk semester II-2013 ini. Hal itu disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 75 basis poin menjadi 6,5 persen. "Kenaikan BI Rate memukul dua sisi, kredit berkurang dan cost of funds meningkat sehingga profitabilitas menurun," ujar Agus.
Laba bank dipastikan akan turun. Bahkan pertumbuhan diprediksikan tidak akan lebih dari 12 persen pada semester dua 2013. Selain itu, likuditas juga akan mengetat hingga akhir tahun.
Agus mengatakan laba bank akan tumbuh kembali jika ekonomi dapat membaik pada 2014 sehingga dapat mendorong pertumbuhan kredit. "Jika BI Rate turun, laba bisa tinggi lagi," ujar dia.
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara, Tbk (BTN), belum dapat memprediksi laba yang akan didapat pada semester II-2013. "Banyak faktor yang belum bisa dijawab, seperti ekspektasi inflasi berapa, BI Rate berapa. SUN (Surat Utang Negara) turun gede," ujar Wakil Direktur BTN, Evi Firmansyah.
Evi mengatakan optimistis inflasi bisa dilalui. "Ekonomi Indonesia not so bad. Konsumer kuat. Permintaan rumah banyak," ujar dia.