REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah pada Selasa (16/7) pagi kembali bergerak melemah ke posisi Rp 10.010 per dolar AS seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina. Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp 10.010 dibanding posisi sebelumnya di Rp 9.990 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Selasa (16/7) mengatakan nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp 10.000 per dolar AS. Pelemahan mata uang juga terjadi di kawasan Asia karena efek perlambatan ekonomi Cina.
"Namun depresiasi rupiah yang sebesar dua persen jika dibanding posisi awal tahun ini termasuk terkecil diantara mata uang Asia lainnya setelah bath Thailand (1,8 persen) dan dolar HongKong (0,09 persen), hanya yuan Cina yang menguat (1,6 persen)," kata Lana. Ia memperkirakan nilai tukar domestik dapat dibawa kembali oleh Bank Indonesia (BI) ke kisaran antara Rp 9.950-Rp 9.990 per dolar AS.
Sementara itu, Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menambahkan beberapa sentimen belum mendukung rupiah untuk bergerak menguat, dari eksternal pergerakan mata uang Asia dipengaruhi oleh melambatnya ekonomi Cina.
"Melambat ekonomi Cina dinilai dapat berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia. Kondisi itu cukup logis bahwa secara nilai perdagangan, Cina merupakan mitra dagang terbesar untuk Indonesia," kata Reza.
Dari dalam negeri, lanjut dia, adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) sebesar 50 basis poin menjadi 6,5 persen tidak serta merta mendorong nilai tukar rupiah kembali positif.