Rabu 03 Jul 2013 10:59 WIB

Jumlah Aset Rendah, Keuangan Syariah Global Berpeluang Terus Tumbuh

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan Syariah
Perbankan Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Aset industri keuangan syariah global masih kurang dari 2 persen dari yang dimiliki konvensional. Pada akhir tahun lalu, aset keuangan syariah global sebesar 1,6 triliun dolar AS.

CEO CIMB Islamic Bank Bhd, Badlisyah Abdul Ghani mengatakan jika melihat hal tersebut, berarti keuangan syariah masih mempunyai cukup ruang untuk tumbuh. "Jika regulasi sudah mendukung praktik keuangan syariah, maka tidak ada alasan  mengapa hal itu tidak bisa tumbuh setidaknya tiga sampai empat kali kecepatan saat ini," kata Badlisyah, seperti dikutip Bloomberg, baru-baru ini.

Industri keuangan syariah membutuhkan platform tepat untuk tumbuh. Kepala Pasar Syariah di AmInvestment Bank Bhd, Mohd Effendi Abdullah mengatakan keuangan syariah memerlukan produk inovatif dan pendidikan sumber daya insani (SDI) agar dapat tumbuh.

Upaya Korea Selatan, Australia, Perancis dan Inggris untuk menyetujui peraturan pajak telah terhenti. Sementara Thailand menghidupkan kembali rencana memasuki pasar untuk pertama kalinya setelah penundaan selama dua tahun. Nigeria adalah negara terbaru yang memberikan perlakuan pajak sama dan membuka jalan untuk debut sukuknya. "Oposisi kelompok politik dan agama mencegah beberapa negara merangkul perbankan dengan bunga, sesuai larangan Alquran," kata Effendi.

Beberapa negara baru tertarik berkecimpung dan mengembangan keuangan syariah. "Mereka harus memanfaatkan pasar sukuk untuk memacu pertumbuhan dan menciptakan kegairahan bagi investor," ujar Effendi. Industri keuangan syariah dapat tumbuh pada kecepatan lebih cepat jika ada pemain baru.

Pasar utang syariah didominasi oleh Malaysia, Indonesia dan enam anggota Dewan Kerjasama Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Pasar Keuangan Syariah Internasional berbasis di Bahrain baru saja mengeluarkan standar global untuk membantu mengembangkan pasar uang dan memperluas jangkauan alat manajemen likuiditas. Ada banyak cara di antara para pemain, terutama regulator di seluruh dunia untuk mengkonsolidasikan upaya mereka.

CEO Maybank Investment Bank Bhd, Tengku Zafrul Tengku Abdul Aziz mengatakan banyak negara tidak melihat banyak pertumbuhan terutama karena undang-undang pajak. Faktor lain yang dapat menahan menahan ekspansi di industri adalah ketidaknyamanan dengan asing. "Ini dapat diatasi jika ada keakraban lebih besar dan kesadaran potensi keuangan syariah untuk memainkan peran positif sebagai alternatif," kata Kepala Praktik Keuangan Syariah di Lee Hishammuddin Allen & Gledhill, Megat Hizaini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement