Senin 17 Jun 2013 23:25 WIB

OJK Awasi Praktik Penipuan Investasi di Daerah

Rep: Maspril Aries/ Red: Djibril Muhammad
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Maraknya praktik dan penawaran produk-produk investasi di daerah mendapat perhatian Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Deputi Komisioner Bidang  Audit Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ilya Avianti Senin (17/6) mengatakan, "OJK mulai serius melakukan pengawasan terhadap penipuan produk-produk investasi terutama yang beredar di daerah."

Ilya Avianti yang berada di Palembang untuk melakukan sosialisasi OJK kepada masyarakat mengungkapkan, "Saat ini pengetahuan masyarakat di bidang investasi masih tergolong rendah sehingga perlu didampingi pengawasan dan pemberian edukasi yang intensif."

"Masyarakat kita belum cerdas masalah keuangan, terutama soal investasi. Ada yang tertipu investasi yang mengimingi return besar dalam waktu singkat. Jika kita mengerti, mustahil dalam satu bulan bisa mendapat keuntungan sampai 10 persen," kata Ilya Avianti yang juga guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad).

Ilya menjelaskan, belakangan marak beredar penawaran investasi yang menjanjikan return sampai 10 persen dalam jangka waktu satu bulan. "Bagi masyarakat yang belum paham investasi pasti akan tergiur dengan iming-iming tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pemberian edukasi dan sosialisasi bagi masyarakat terutama di daerah. OJK kini tengah melakukan edukasi tersebut," katanya menambahkan.

Tidak hanya masalah investasi, menurut Deputi Komisioner Bidang Audit, lembaga OJK kini tengah mengawasi dan mengatur klausul dalam naskah kontrak perusahaan asuransi dengan pemegang polis yang dinilai belum memenuhi standard.

"Banyak pemegang polis seringkali tidak memahami isi kontrak yang dibuat perusahaan. Dalam naskah kontrak harus jelas berapa pendapatan pemegang polis dan berapa risikonya karena sekecil apapun risiko harus diberitahu kepada pemegang polis," ujar Ilya Avianti yang sempat menjadi auditor utama keuangan negara VII  Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Dalam melakukan sosialisasi dan edukasi menurut Ilya Avianti, OJK yang beroperasi sejak Januari 2013 telah membuka call center untuk keluhan konsumen industri keuangan. Sejak dibuka sampai saat ini terdapat sekitar 1.200 panggilan dari masyarakat terkait produk-produk investasi.

"Dari jumlah itu, mayoritas masyarakat atau konsumen menanyakan tentang produk reksa dana terkait dengan penurunan harga NAB dan perizinan produk tersebut," katanya.

Apa yang menjadi pertanyaan dan pengaduan produk investasi ke OJK menurut Ilya Avianti, erat pula kaitannya dengan pengetahuan masyarakat yang masih sangat minim dengan produk yang mereka miliki.

"Seperti pengaduan tentang penurunan harga NAB itu kan karena mereka tidak tahu mengapa bisa turun. Oleh karena itu perlu diperkuat juga dengan edukasi kepada masyarakat," katanya.

Guru besar FE Unpad itu menjelaskan, saat ini baru 20 persen masyarakat Indonesia yang memanfaatkan lembaga keuangan. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan Filipina yang sudah 27 persen.

Apalagi dibandingkan dengan maysarakat Singapura yang sudah di atas 90 persen. Dalam melakukan edukasi dan sosialisasi, selain akan berdirinya cabang OJK di daerah-daerah, Ilya Avianti menegaskan,

"OJK juga akan terus menjalin hubungan dengan pemerintah daerah dan untuk memahami kondisi dan perkembangan industri keuangan di daerah setempat. Kami harus mempunyai network dengan pemerintah daerah karena nantinya cabang-cabang kami ini yang akan melihat langsung masalah di daerah seperti apa dan itu perlu didukung pemerintah daerah itu.

"Dengan perguruan tinggi di Sumatera Selatan (Sumsel), OJK menggandeng Universitas Sriwijaya (Unsri) seperti untuk membuat riset  sederhana terkait kondisi masyarakat Sumsel. Kemudian OJK juga berencana menambah kerjasama  dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumsel.“Setiap daerah itu mempunyai karakteristik masing-masing. Dari karakter masyarakat itu kita dapat mengetahui pola investasi dan keuangan mereka seperti apa," beber Ilya Avianti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement