REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Selasa (11/6) atau Rabu (12/6) pagi WIB, karena logam mulia terjebak dalam kemelut setelah bank sentral Jepang tidak memberikan stimulus tambahan. Investor global juga menunjukkan kekhawatirannya atas kenaikan suku bunga jangka pendek.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Agustus turun 9,0 dolar AS, atau 0,65 persen, menjadi 1.377 dolar AS per ounce. Emas bergerak turun menanggapi aksi jual lebih luas yang mendominasi di seluruh dunia pada Selasa (11/6). "Yang berdampak spesifik terhadap emas, tampaknya kenaikan suku bunga jangka pendek tidak hanya di Jepang, tetapi juga di tempat lain," kata seorang analis pasar seperti dilansir kantor berita Xinhua, Rabu (12/6).
Meskipun emas biasanya naik ketika investor menghindari saham dan aset berisiko lainnya, penurunan harga komoditas yang lebih luas membantu mendorong emas turun, analis mengatakan.
Harga obligasi negara AS jatuh pada Selasa (11/6), karena pasar global obligasi pemerintah terpukul, mendorong imbal hasil pada obligasi negara AS 10-tahun ke tingkat tertingginya sejak April 2012.
Saham AS dibuka lebih rendah, dan kemudian mengupas kerugian awal sebelum tergelincir kembali ke tren penurunan. Pasar Asia dan Eropa jatuh, sementara ekuitas di pasar negara berkembang memperlihatkan kerugian besar setelah bank sentral Jepang (BoJ) tidak melakukan perubahan untuk program pembelian aset dan langkah-langkah kebijakan lainnya.