Rabu 12 Jun 2013 06:41 WIB

Wall Street Turun di Tengah Kecemasan Bank Sentral

Wall Street
Wall Street

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham-saham di Wall Street ditutup turun pada Selasa (11/6) atau Rabu (12/6) pagi WIB. Menyusul keputusan kebijakan status quo bank sentral Jepang menghidupkan kembali kekhawatiran tentang berkurangnya langkah-langkah stimulus bank sentral.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 116,57 poin (0,76 persen) menjadi 15.122,02. Indeks berbasis luas S&P 500 turun 16,68 poin (1,02 persen) menjadi 1.626,13, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq merosot 36,82 poin (1,06 persen) menjadi 3.436,95.

Penurunan ini terjadi setelah bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), memilih untuk mempertahankan program pembelian aset agresif tidak berubah, mengatakan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu "sedang meningkat".

"Harapannya adalah bahwa Jepang akan terus meningkatkan program tersebut. Ada semacam keyakinan yang dibangun bahwa itu akan menjadi lebih besar," kata Andrew Fitzpatrick dari Hinsdale Associates. 

Sikap menahan diri di Jepang, juga mengangkat pertanyaan tentang arah ke depan langkah-langkah kebijakan Federal Reserve AS menjelang pertemuan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) minggu depan.

The Fed telah mengisyaratkan mereka ingin mulai menyusun rencana mengurangi program pembelian obligasi 85 miliar dolar AS per bulan.

"Ancaman uang murah akan dibawa pergi, cukup untuk menakut-nakuti para investor," kata David Levy dari Kenjol Capital Management.

Saham perbankan mencatat kerugian paling besar, termasuk Morgan Stanley turun 3,9 persen, Goldman Sachs turun 2,5 persen dan Wells Fargo turun 1,5 persen. Penurunan besar lainnya datang dari General Motors yang merosot 2,3 persen dan American International Group (AIG) turun 2,2 persen.

Google merosot 1,2 persen setelah mengumumkan akuisisi aplikasi lalu lintas dan pemetaan Israel Waze untuk jumlah yang tidak diungkapkan. Beberapa laporan media menempatkan harga lebih dari satu miliar dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement