REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (10/6) pagi bergerak stabil di posisi Rp 9.787 per dolar AS. "Nilai tukar rupiah bergerak stabil, dengan potensi penguatan masih terbuka setelah beberapa data ekonomi AS yang tidak sesuai ekspektasi," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin (10/6).
Selain itu, lanjut dia, mata uang di kawasan Asia yang cenderung bergerak menguat akan mendorong nilai tukar domestik terhadap dolar AS terapresiasi. "Data tenaga kerja AS yang dinilai negatif membuat pelaku pasar uang cenderung melepas posisi pada dolar AS," kata dia.
Meski demikian, ia mengatakan, belum adanya kejelasan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), defisit neraca perdagangan Indonesia senilai 1,61 miliar dolar AS, dan imbas tren aksi jual pelaku pasar saham asing masih menjadi sentimen negatif pergerakan rupiah terhadap dolar AS.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengatakan rupiah masih memiliki potensi pelemahan namun tetap dijaga oleh Bank Indonesia (BI) agar stabil. "Posisi cadangan devisa Mei turun menjadi 105,2 miliar dolar AS dari posisi April 107,2 miliar dolar AS. Penurunan itu karena BI intervensi volatilitas rupiah. Memasuki minggu terakhir Mei lalu, rupiah naik di kisaran Rp 9.700-an," kata dia.
Ia mengatakan likuiditas valuta asing di pasar uang cukup ketat. Pelaku valuta asing belum merencanakan untuk memegang nilai tukar domestik karena ekspektasi rupiah yang masih terus melemah.