Senin 03 Jun 2013 11:54 WIB

Tak Lagi Menguntungkan, HSBC akan Jual Sahamnya di Bank Ekonomi

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
bank ekonomi
Foto: bank ekonomi
bank ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- HSBC Holdings Plc berencana untuk menjual saham mayoritasnya di PT Bank Ekonomi. HSBC memiliki 99 persen saham senilai 670 juta dolar AS di bank tersebut. Penjualan ini sejalan dengan rencana bank terbesar di Eropa itu untuk merampingkan bisnisnya dan meningkatkan laba.

HSBC mengaku tengah mengkaji opsi strategis untuk 99 persen sahamnya di Bank Ekonomi setelah Bursa Efek Indonesia meminta Ekonomi untuk mengklarifikasi posisinya terkait spekulasi pasar. CEO HSBC Asia Pacific, Peter Wong, mengatakan HSBC berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia.

"Jika peninjauan strategis menghasilkan penjualan, uang yang didapat akan kembali diinvestasikan di Indonesia, market utama bagi HSBC Group," ujar Peter seperti yang dikutip dari Wall Street Journal pada Senin (3/6). 

HSBC membeli 88,9 persen saham Bank Ekonomi senilai 607,5 juta dolar AS pada October 2008. Bank yang berbasis di London itu kemudian membeli lagi 10 persen saham senilai 71,6 juta dolar AS pada Agustus 2009.

Presiden Direktur HSBC, Stuart Gulliver, telah menjual dan menutup lebih dari 50 bisnisnya yang kurang menguntungkan dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Namun, ia mengatakan Indonesia adalah salah satu dari 22 negara prioritas HSBC.

Buku pinjaman HSBC di Indonesia meningkat sebesar 61 persen dari 2010 ke 2012. Berdasarkan data Thomson Reuters, HSBC memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar 674 dolar AS. HSBC telah beroperasi di Indonesia sejak 1884 dan memiliki 115 cabang di 10 kota sebelum mengakusisi Bank Ekonomi. Bank Ekonomi yang didirikan pada 1989 menambah 93 outlet dan 2.300 karyawan.

Pada saat pembelian, HSBC berencana untuk meningkatkan bisnis perbankan komersil di Indonesia dan menjadikan bisnisnya sebagai satu dari tiga bank asing terbesar di Indonesia. HSBC berhasil membukukan laba sebesar 306 juta dolar AS tahun lalu, meningkat dari 259 juta dolar AS di 2011.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement