Ahad 02 Jun 2013 17:48 WIB

Kendala Geografis Tantangan Industri Keuangan Syariah Global

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
keuangan syariah/ilustrasi
Foto: alifarabia.com
keuangan syariah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MUSCAT -- Lembaga keuangan dan regulator harus bekerja sama mengatasi tantangan yang membatasi pertumbuhan geografis keuangan syariah. Pasalnya meski mengalami pertumbuhan signifikan selama dekade terakhir, namun ukuran keseluruhan aset syariah masih satu persen dari sistem keuangan global.

"Industri keuangan syariah masih harus membangun skala ekonomi yang signifikan," ujar Kepala Eksekutif Konferensi Perbankan Syariah Dunia: Asia Summit, David McLean, seperti dikutip dari Oman Daily Observer, Ahad (2/6).

Keuangan syariah masih sedikit menawarkan keragaman produk bagi konsumen. Ke depannya, kata McLean, keuangan syariah pada periode berikutnya harus mengatasi tantangan ini dan membangun skala lebih besar dalam memperluas jejak geografis. "LIni akan mewajibkan lembaga keuangan, regulator, dan badan-badan penetapan standar internasional untuk bekerja lebih erat bersama," ujarnya.

CEO Kuwait Finance House (KFH) Malaysia, Abdul Hamidy bin Abdul Hafiz mengatakan industri keuangan syariah telah menunjukkan pertumbuhan luar biasa dalam volume bisnis, inovasi produk, penyebaran geografis serta mencapai perbaikan signifikan dalam kerangka hukum dan peraturan. Menurutnya industri ini dapat menghibur pelanggan di seluruh segmen.

"Belajar dari krisis keuangan global, kita harus menyadari bahaya yang melekat dalam modal produktif," ucap McLean. Yang dibutuhkan untuk mengatasi hal itu adalah mobilisasi lebih efisien dan efektif surplus diinvestasikan dalam mempromosikan kemakmuran ekonomi dengan membiayai kegiatan ekonomi riil. Ini sangat cocok dengan tujuan keuangan syariah. Selain itu para pelaku industri keuangan syariah harus memperkuat konektivitas lintas perbatasan karena akan mengefisienkan alokasi modal dan portofolio investasi.

Direktur Eksekutif Asia Investasi Hong  Kong Ltd, Sulaiman Alireza mengatakan telah ada ekspansi dari arus perdagangan lintas perbatasan Asia dan Timur Tengah yang tumbuh empat kali lipat menjadi 5 triliun dolar AS saat ini. Diperkirakan arus perdagangan Asia-Timur Tengah mencapai 20 triliun dolar AS pada 2020. Demikian pula perdagangan antara Negara Teluk dan Asia tumbuh 25 persen per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement