Kamis 30 May 2013 17:43 WIB

PwC: Sektor Tambang Indonesia Masih Menjanjikan

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
Salah satu lokasi pertambangan emas di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah.
Foto: Antara/Muhamad Nasrun
Salah satu lokasi pertambangan emas di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei tahunan kesebelas mengenai tren industri pertambangan di Indonesia, Mine Indonesia 2013 yang dilakukan oleh PwC Indonesia, menunjukkan bahwa 2011 dan 2012 merupakan tahun perubahan peruntungan di industri pertambangan di Indonesia.

Partner Tax Service PT PT Prima Wacana Caraka Ali Mardi mengatakan, perbaikan kinerja keuangan dalam bisnis tambang di tahun 2011 berbalik menjadi memburuk di tahun 2012 sebagai akibat ketidakpastian ekonomi global dan penurunan harga komoditas.

Namun demikian, Pelaku industri pertambangan di Indonesia masih memandang positif potensi investasi di sektor ini dengan adanya ketertarikan untuk penemuan cadangan berbagai jenis mineral, meski berbagai tantangan tetap ada.

Survei tersebut menunjukkan, para investor tetap menempatkan Indonesia dalam ranking yang tinggi dalam hal prospek mineral, tetapi pandangan tentang kebijakan pemerintah dan iklim investasi kurang menguntungkan, bahkan semakin memburuk. ''Persepsi ini masih menghambat kenaikan pengeluaran investasi di masa depan,'' kata Ali pada acara Launching Survey PWC Survey Mining Indonesia 2013 di Hotel Four Season, Jakarta , Kamis (30/5).

Hasil survei tahun ini, kata Ali, mencakup seluruh wilayah geografi Indonesia dan semua mineral utama, termasuk batubara, emas, tembaga, nikel, dan timah. Kontribusi industri tambang terhadap ekonomi Indonesia secara keseluruhan terus meningkat. Sektor pertambangan menyumbang sekitar lima sampai enam persen dari PDB Indonesia pada 2011 dan 2012, dan lebih dari 17 persen untuk pendapatan ekspor.

Sejalan dengan peningkatan tingkat keuntungan, lanjut Ali, utamanya perusahaan tambagn batubara, responden survei mencatat peningkatan sebesar 15 persen dalam kontribusi untuk pemerintah pada 2011.

Data pemerintah untuk pendapatan negara bukan pajak terutama royalti pada 2012 mengindikasikan penurunan tajam dari 2011, konsisten dengan penurunan pendapatan perusahaan tambang seperti yang digambarkan oleh perusahaan-perusahaan tambang publik.

Terutama energi fosil

Pengamat Energi Reforminer Institute Komaidi Notonegoro setuju dengan survei PwC Indonesia prospek tambang akan semakin prospektif. ''Apalagi energi fosil,'' kata dia kepada ROL.

Menurut Komaidi, peningkatan harga khususnya energi fosil akan semakin menjulang. Hal itu didasari pada terbatasnya persediaan energi fosil.

Hal itu, kata dia, akan mengundang investor untuk menggelontorkan pundi-pundi uangnya. Karena itu pemerintah harus mempermudah masalah perizinan.

Masalah perizinan yang berbelit-belit selalu menjadi kendala investasi di bidang energi. Dengan mempersingkat proses perizinan tentunya akan semakin menarik para investor untuk mencemplungkan diri di bidang energi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement