Rabu 08 May 2013 11:42 WIB

DSN Harap Konversi Bank BUMN ke Syariah Secepatnya

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Ketua Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), Ma'ruf Amin
Foto: antara
Ketua Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), Ma'ruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran Bank BUMN yang dikonversi ke bank syariah diharapkan tidak lama lagi. Pasalnya saat ini Indonesia mempunyai berbagai potensi dan. tidak ada lagi penghambat bagi pemerintah untuk melakukan itu

Ketua Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), Ma'ruf Amin mengatakan saat ini Indonesia sudah memiliki regulasi perbankan syariah. Artinya, jika bank syariah sudah masuk dalam sistem perbankan nasional, maka Indonesia mempunyai dual banking system.

Sayangnya, sistem ini belum seimbang. Pasalnya market share antara bank konvensional dan bank syariah sangat timpang, yaitu 95 persen dengan 5 persen. Padahal penduduk Muslim Indonesia merupakan yang terbesar di Indonesia sehingga seharusnya perbankan syariah Indonesia dapat menjadi yang terbesar. Jumlah penduduk Malaysia hanya satu persepuluh dari Indonesia dimana 40 persennya Muslim.

"Kita sudah punya semua, jadi harusnya konversi bank BUMN tinggal menunggu hari," ujar Ma'ruf saat diskusi bertajuk 'Menanti Bank BUMN Syariah' di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (8/5).

Ma'ruf menyebut peluang mengkonversi bank BUMN semakin terbuka lebar ketika ada tekad dari para pemangku kepentingan untuk memajukan perbankan syariah nasional. "Saya sudah sejak lama sampaikan ini ke Pak Presiden, ketika itu beliau bilang ekonomi syariah menjadi salah satu agenda nasional," ucapnya. Namun sayangnya, kata Ma'ruf, aksi tersebut belum terlihat.

Saat ini kembali ada harapan baru perkembangan perbankan syariah. Pasalnya Gubernur BI terpilih, Agus Martowardojo menyampaikan niatnya menjadikan Indonesia pusat perbankan syariah dunia. Tak ketinggalan, Menteri BUMN Dahlan Iskan memberi lampu hijau terjadinya konversi bank BUMN Syariah.

Ma'ruf berujar perbankan syariah Indonesia tertinggal dengan Malaysia karena selama ini political will pemerintah belum optimal. "Kita (Indonesia) sudah punya semua potensi, tinggal political will untuk menempatkan sebagian dana pemerintah ke bank syariah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement