Jumat 26 Apr 2013 17:40 WIB

BI Perkirakan April Terjadi Deflasi

Rep: Satya Festiani/ Red: Djibril Muhammad
Bank Indonesia
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memprediksikan April akan terjadi deflasi sebesar 0,04 persen dan akan berlanjut hingga Juni. "Permasalahan pasokan barang makanan sudah diatasi pemerintah sehingga inflasi turun," ujar Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, di gedung Bank Indonesia, Jumat (26/4).

Survei pemantauan harga BI per minggu ketiga April 2013 menunjukkan indeks harga komoditas mengalami penurunan harga 0,04 persen, dibandingkan dengan inflasi di minggu kedua April sebesar 0,1 persen.

Laju deflasi terjadi pada bawang putih 0,15 persen, beras 0,05 persen, cabe rawit 0,02 persen dan cabe merah 0,01 persen. Sementara, inflasi terjadi pada jeruk 0,09 persen dan bawang merah 0,15 persen, lebih rendah dari inflasi minggu lalu 0,44 persen.

Dengan tambahan deflasi, laju inflasi dari awal tahun hingga kini (year to date/YTD) 2,93 persen dan year on year (YOY) sebesar 5,64 persen. "Kita perkirakan april deflasi, moderat IHK 0,04 persen. Optimisnya 0,09, dan pesimisnya 0,01," ujarnya.

BI menilai kondisi deflasi ini adalah saat yang tepat bagi pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi karena tekanan terhadap inflasi rendah. BI telah melakukan simulasi dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi.

"Apabila pemerintah menerapkan aturan dual harga yakni hanya menaikkan mobil pribadi, maka terjadi penambahan inflasi di sepanjang tahun 2013 sebesar 0,7 persen," ujar Perry.

Namun, jika pemerintah memberlakukan kenaikan harga BBM seluruhnya, dampak kenaikan inflasi bergantung besaran kenaikannya. Misalnya besaran kenaikan BBM Rp1000/liter, penambahan inflasinya adalah 1,62 persen.

BI mempertimbangkan tarif kenaikan harga 0,62 persen, tarif angkutan naik 0,78 persen, dan dampak lainnya 0,23 persen. Perry mengatakan kepastian kenaikan BBM ini memang akan memberi dampak pertumbuhan inflasi dan penurunan laju pertumbuhan ekonomi.

Dampak positifnya adalah defisit neraca berjalan akan turun, dan neraca pembayaran Indonesia (NPI) akan lebih baik. Defisit neraca berjalan diperkirakan menurun 2,7 persen di akhir tahun 2012 ke arah sedikit di atas 2 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement