REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia Tbk tidak akan membagikan dividen kepada pemegang saham hingga 2016. Pasalnya perseroan terikat perjanjian dengan kreditur sejak 2012.
"Kami masih memiliki kewajiban yang harus dilunasi sampai 2016," ujar Direktur Keuangan Handrito Hardjono usai RUPS, Jumat (26/4).
Emiten pelat merah ini terikat perjanjian dengan nilai pembayaran utang pokok senilai 50-60 juta dolar AS. Perseroan juga memiliki utang jangka pendek senilai 754,2 juta dolar AS dan utang jangka panjang senilai 648,8 juta dolar AS.
Tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal sebesar 600 juta dolar AS. Belanja modal tersebut rencananya akan dipakai untuk memboyong 24 armada baru.
Perseroan akan mendatangkan empat pesawat jenis Boeing 777-300ER, tiga pesawat jenis Airbus A330, 10 jenis Boeing 737-800 NG, dan tujuh pesawat jenis Bombardier CRJ1000 NextGen. Pesawat ini akan datang secara bertahap hingga 2016.
Untuk menyokong pendanaan perseroan memiliki tiga alternatif, yaitu menerbitkan obligasi, pendanaan langsung dari perbankan, dan melakukan right issue. Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar mengatakan obligasi akan diterbitkan selambat-lambatnya di akhir semester pertama. Sedangkan right issue masih dalam proses dan diharapkan dapat dilaksanakan secepatnya di akhir semester kedua.