REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk premium dan solar bagi mobil pribadi dari Rp 4.500 ke kisaran Rp 6.500-Rp 7.000 per liter diprediksi akan meningkatkan inflasi sekaligus menekan konsumsi rumah tangga.
Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin menyebut simulasi terkait besaran inflasi serta tekanannya untuk konsumsi rumah tangga masih dihitung. "Tapi yang pasti ada dampaknya," tutur Suryamin kepada wartawan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (17/4).
Sedangkan untuk kendaraan umum atau motor yang tidak mengalami kenaikan harga, secara teori Suryamin menyebut tidak ada dampaknya. Akan tetapi, Suryamin belum dapat menyebutkan estimasi inflasi yang ditimbulkan apabila kebijakan tersebut dieksekusi. "Nanti besarannya kita umumkan," ujarnya.
BPS mencatat inflasi selama Januari hingga Maret 2013 telah mencapai 2,41 persen. Rinciannya inflasi Januari 1,03 persen, Februari 0,75 persen dan Maret 0,63. Pada periode yang sama pada 2011 silam, inflasi triwulan pertama hanya menyentuh 0,88 persen.
Sedangkan inflasi year on year pada Maret 2013 mencapai 5,90 persen. Sementara, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012 tercatat 54,56 persen. Disusul oleh pembentukan modal tetap bruto (investasi) 33,16 persen, pengeluran konsumsi pemerintah 8,89 persen, ekspor 24,26 persen dan impor 25,81 persen.