REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah pada Kamis (11/4) pagi bergerak menguat terhadap dolar AS. Penguatan rupiah dipicu penantian pelaku pasar uang terhadap rapat dewan Gubernur Bank Indonesia terkait suku bunga acuan (BI rate).
Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat nilainya sebesar 30 poin menjadi Rp 9.688 dibanding posisi sebelumnya Rp 9.718 per dolar AS.
"Seraya menunggu rapat BI, pelaku pasar uang mengambil posisi pada nilai tukar domestik sehingga menguat," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova di Jakarta, Kamis (11/4).
Ia menambahkan bank sentral AS yang mensinyalkan untuk terus melakukan injeksi likuiditas dalam kerangka pelonggaran kuantitatif (QE) tahap tiga hingga akhir tahun ini dinilai positif oleh pasar keuangan. Ia mengatakan penguatan nilai tukar domestik itu juga tidak terlepas dari intervensi Bank Indonesia agar nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental Indonesia.
Analis Trust Securities, Reza Priyambada menambahkan pergerakan nilai tukar rupiah masih melanjutkan penguatan dengan sentimen masih dari upaya bank sentral AS dengan pelonggaran moneternya sehingga membantu mendorong upaya pemulihan ekonomi global.
Apalagi, lanjut dia, turunnya inflasi Cina memicu pelaku pasar keuangan berekspektasi bahwa negara itu akan mengurangi pengetatan moneter ekonominya sehingga memberi sentimen positif bagi mata uang Asia termasuk rupiah.