REPUBLIKA.CO.ID, HONGKONG -- Maskapai yang berbasis di Hongkong, Cathay Pasific mencatat penurunan laba hingga 83 persen. Penurunan tersebut dipicu kenaikan harga bahan bakar dan penurunan permintaan perjalanan.
Laba bersih perusahaan tersebut tercatat 916 juta dolar Hongkong, turun dari 5,5 miliar dolar Hongkong tahun lalu. Cathay mengatakan penurunan terjadi karena melemahnya permintaan kargo dan meningkatkan persaingan di wilayah tersebut.
Industri penerbangan terpukul pelambatan ekonomi di negara pasar utama seperti AS dan Eropa. Penurunan itu terjadi karena melemahnya permintaan konsumen setelah banyak perusahaan mengurangi perjalanan resmi.
"Kelas premium terpengaruh pembatasan perjalanan dari korporasi, " ungkap Direktur Cathay Pacific, Christopher Pratt yang dilansir BBC.
Ketidakpastian ekonomi di zona Euro dan meningkatkan persaingan dinilai menambah sulitnya perusahaan meningkatkan laba. Praat mengatakan biaya bahan bakar menurunkan keuntungan Cathay terutama untuk rute jarak jauh.
Untuk rute itu, armada Cathay didominasi pesawat tua, kurang hemat bahan bakar seperti Boeing 747-400 dan Airbus A340-300.
Cathay telah melakukan berbagai upaya beberapa bulan terakhir termasuk menawarkan cuti tanpa pembayaran gaji kepada awak kabin, mengurangi kapasitas penerbangan jarak jauh, dan mengandangkan pesawat yang boros bahan bakar.
Namun, pengurangan biaya itu tidak cukup mengimbangi efek dari tingginya harga bahan bakar dan pendapatan yang lemah.