REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cadangan devisa (cadev) Indonesia per Februari 2013 memang mengalami penurunan hingga 3,6 miliar dolar AS. Posisinya turun dari 108,8 miliar dolar AS pada Januari 2013 menjadi 105,2 miliar dolar AS per Februari 2013.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah mengatakan beberapa waktu terakhir, permintaan akan valutas asing (valas) cenderung meningkat. Ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. BI memantau, sepanjang suplai valasi itu kurang bisa memenuhi maka regulator akan mencoba meningkatkan likuiditas yang ada di pasar. Itu sebabnya cadangan devisa Indonesia sedikit mengalami penurunan.
Meski cadangan devisa turun, kondisinya berbeda dengan arus masuk dana asing ke Indonesia. Beberapa waktu terakhir, kata Halim, capital inflow kembali masuk ke Indonesia. Ia mencontohkan pada 2011, aliran dana asing (foreign fund flows) yang sifatnya jangka pendek masuk ke Indonesia mencapai enam miliar dolar AS.
"Tahun ini, baru akhir Februari saja, foreign fund flows sudah mencapai 2,3 miliar dolar AS. Ini menunjukkan pasar sudah yakin bahwa kondisi di pasar valas kita tetap terkendali," kata Halim dijumpai di Jakarta, Jumat (8/3).
Sampai saat ini, kata Halim, BI fokus menjaga inflasi sebisa mungkin dan serendah mungkin. Pada saat yang sama, BI juga menjaga kestabilan Rupiah dalam konteksi dikaitkan dengan kurs. Kurs Rupiah Januari 2013, secara year to date (ytd) masih cenderung menguat. Bi juga berharap ekspor kembali meningkat disemester kedua.
Beberapa negara yang menjadi indikator ekonomi, seperti Cina, Singapura, yang merupakan mitra dagang utama di Indonesia sudah mulai membaik. Kenaikan inflasi Februari 2013, menurut Halim, masih membuat investor percaya bahwa kondisi ekonomi Indonesia tetap baik. Itu tercermin dari kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG).
IHSG bulanan sepanjang Februari selalu menunjukkan tren kenaikan selama empat pekan berturut-turut. Mulai dari posisi 4.491,27 pada penutupan pekan pertama Februari (8/3), 4.609,79 pada penutupan pekan kedua (15/2), dan 4.651,12 pada penutupan pada pekan ketiga (22/2). Hingga Maret 2013, posisi IHSG bahkan sudah menembus di atas 4.800.
Indikator makroekonomi tetap sehat. Inflasi yang terjadi Februari, menurut Halim lebih kerena volatile food. Permasalahan dibidang suplai ini ke depannya hanya bersifat sementara dan BI tetap optimis. Dengan semakin banyaknya inflow yang masuk, BI juga akan menambah suplai valasnya. Pasar juga akan mengisi kekosongan itu.