REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Neraca migas di tahun 2013 terancam mengalami defisit lebih besar. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan setidaknya ada tiga faktor yang bisa membuat defisit neraca migas makin melebar.
Sepanjang tahun 2012, Indonesia mengalami defisit migas hingga 5,592 miliar dolar AS. Defisit migas ini masih tertolong dengan surplus di sektor nonmigas yang mencapai 3,966 miliar.
Secara keseluruhan, Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar 1,65 miliar. Defisit migas terutama disebabkan karena Indonesia terlalu banyak hasil minyak antara lain BBM sebesar 28,680 miliar Dolar.
Bayu mengatakan asumsi harga minyak di tahun ini diperkirakan meningkat 15 persen dibandingkan tahun 2012. Tahun lalu, saat perhitungan perkiraan neraca migas, harga minyak di kisaran 90-100 Dolar/barel. Sementara, tahun ini harga minyak di kisaran 110-115 Dolar/barel.
Kurs mata uang Indonesia, saat ini juga cenderung mengalami penurunan. Tahun lalu, ketika menghitung neraca migas, kurs mata uang ada di kisaran Rp 9500-9600. Sementara, kurs rupiah saat ini ada di kisaran Rp 9600-9700.
Neraca migas diperkirakan juga semakin tidak sehat dengan memperkiraan konsumsi bahan bakar yang semakin banyak. Ia mengarakan, ada kemungkinan tahun ini konsumsi migas mencapai 50 juta kiloLiter (kL).
“Tekanan neraca migas akan berat kalau masih seperti sekarang. Perlu ada kebijakan di sektor migas. Kalau tidak neracara migas akan terus mendapatkan tekanan besar” ujar Bayu, Senin (4/3).