Ahad 10 Feb 2013 14:06 WIB

BP Segera Bangun Train 4 Tangguh

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Nidia Zuraya
Kilang Gas Tangguh.
Kilang Gas Tangguh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Investor asal Inggris BP Berau Ltd bakal melanjutkan pembangunan kilang gas alam cair (liquified natural gas/LNG) di Blok Tangguh Papua. Setelah pembangunan kilang LNG Train 3 disetujui, perusahaan yang mengelola blok gas di Teluk Bintuni itu mengkaji pembangunan kilang LNG Train 4 Tangguh.

 

"Memang ada rencana Train 4," tegas Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pratyana, Ahad (10/2). Jika eksplorasi yang dilakukan di blok dekat Tangguh menemukan cadangan baru, pembuatan kilang segera dilakukan.

 

Pasalnya, saat ini, Genting Oil Kasuri Pte Ltd masih melakukan eksplorasi di Blok Kasuri Fakfak sementara sejumlah KKKS seperti Chevron melakukan eksplorasi di Blok Kaimana. Bila eksplorasi menemukan cadangan baru, Gde mengatakan kemungkinan akan ada penggabungan hasil eksplorasi untuk mengisi kilang LNG Train 4 Tangguh.

 

"Jadi kalau ada cadangan yang ditemukan, kita akan tanya ke pemerintah bagaimana pengembangannya,” jelasnya. “Tapi kita akan bahas dulu lagi secara teknis,”.

 

Saat ini eksplorasi Genting misalnya, baru berjalan dua tahun. Kemungkinan besar, pembangunan Train 4 baru bisa dilakukan setelah masa eksplorasi berakhir empat tahun lagi. Area Tangguh masih memungkinkan untuk pembangunan delapan kilang LNG Lagi.

 

Terkait Train 3 Tangguh, Gde optimistis pembangunan akan sesuai target. Sebagaimana diketahui, Train 3 direncanakan dibangun awal 2013 ini dan beroperasi mulai 2018. Pembangunan Train 3 diharapkan bisa menambah pasokan gas untuk industri dalam negeri.

 

Nantinya, lanjut Gde, 180 juta kaki kubik (million metric standards cubic feed/MMSCFD) gas akan disalurkan ke pabrik petrokimia . Rencananya pabrik akan dibangun di Papua 2016 nanti.

 

"Selain itu ini juga untuk menambah daya listrik guna membangkitkan listrik di masyarakat Bintuni sebanyak 80 megawatt (MW)," ujarnya. Meski dekat dengan sumber gas Tangguh, Bintuni merupakan wilayah dengan elektrifikasi rendah.

 

Saat ini, terdapat dua kilang LNG yang dioperasikan di Tangguh, yakni Train 1 dan Train 2. Kedua kilang, masing-masing memiliki kapasitas 3,8 juta ton per tahun (metric ton per autumn /MTPA).

 

Pengapalan LNG sudah dilakukan mulai pertengahan 2009 dengan kontrak ekspor ke China, Korea Selatan, dan AS. Di 2012 lalu, untuk pertama kalinya, LNG Tangguh dipasok ke dalam negeri dengan mengalihkan volume LNG yang batal diekspor ke Sempra  AS untuk listrik dan industri pupuk Tanah Air.

 

BP Indonesia memiliki kepemilikan saham di Tangguh sebesar 37,16 persen, dengan mitra  MI Berau BV 16,3 persen, CNOOC Ltd 13,9 persen, Nippon Oil Exploration (Berau), Ltd. 12,23 persen. Ada juga KG Berau/KG Wiriagar 10 persen, LNG Japan Corporation 7,35 persen, dan Talisman 3,06 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement