REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN—Sebuah role model (percontohan) tata niaga sapi di tengah digagas oleh kelompok perternak, akademisi dan pebankan. Mekanismenya mengaplikasi model showroom sapi, mulai dari sapi bakalan, penggemukan hingga sapi siap jual.
Model percontohan yang diwujudkan melalui Villa Sapi ini mensinergikan kelompok peternak, SMKN 1 Bawen dan didukung Bank Indonesia (BI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini disebut- sebut lebih berpihak kepada para peternak sapi.
Sebab tataniaga yang mengaplikasi model showroom ini, sudah tidak akan menggunakan transaksi dagang konvensional (melalui) blantik. Namun mengacu pada mekanisme yang lebih transparan dapat dipertanggungjawabkan.
“Membeli sapi sekarang ditimbang, sehingga tidak lagi memakai cara njogrok (red; hanya melihat fisik hewan) seperti halnya cara yang digunakan blantik selama ini,” ungkap Eko Dodi, salah satu penggagas Villa Sapi di SMKN 1 Bawen, Kabupaten Semarang, Senin (4/2).
Ini sangat berbeda dengan tataniaga sapi selama ini yang memposisikan para peternak sebagai pihak yang kurang diuntungkan oleh mekanisme pasar dan para blantik.
Untuk percontohan ini, masih paparnya, Villa Sapi menerima sapi dari peternak dengan harga hidup Rp 32.000 per kilogram. Sementara harga jualnya mematok Rp 33.000 per kilogram.
Artinya dari tataniaga ini, pengelolaannya hanya mengambil margin Rp 1.000 per kilogram. Meski margin ini termasuk sangat besar, ini tidak semua masuk ke kocek pengelola.
“Karena pengelolaan showroom ini menanggung susut. Selain itu dari keseluruhan keuntungan pengelola, 30 persennya dikembalikan kembali kepada petani,” imbuhnya.
Keuntungan lebih lainnya, masih jelas Dodi, pola showroom ini juga mendapatkan keyakinan dan kepercayaan dari pihak perbankan. Sehingga para peternak akan lebih mudah dalam mengakses permodalan.
Dari sini, perbankan tidak akan ragu lagi dalam menggelontorkan kredit kepada kelompok tani. Karena pendapatan dari sapi jelas dan sangat transparan. “Ini juga mengusung misi untuk mengamankan kredit ketahanan pangan dan energi,” tambah Dodi.
Hal ini dibenarkan oleh acount officer BRI Cabang Ungaran, Andy Supriyanto. Menurutnya, para peternak sapi ini umumnya merupakan pengakses kredit perbankan.
Problem utama selama ini, pasar sapi yang tak berpihak kepada peternak akan mempengaruhi kepatuhan pelaku usaha peternakan tersebut dalam pengembalian kredit mereka.
Melalui mekanisme pasar ini, pihaknya mengaku memperoleh keyakinan. “Karena setiap peternak pengakses kredit dari BRI mekanisme pemasarannya diwajibkan melalui Villa Sapi ini,” tegasnya.