REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Harga minyak mentah Indonesia mengalami kenaikan. Kali ini di Januari 2013 harga Indonesia Crude Prize (ICP) mencapai 111,07 dolar AS per barel atau naik 4,17 dolar AS per barel dari posisi Desember 2012 sebesar 106,90 dolar AS per barel.
Kenaikan ini seiring kenaikan harga minyak mentah minas (Sumatera Light Crude/SLC) yang mencapai 115,95 dolar AS per barel. "Memang ada pergerakan naik," tegas Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) A Edy Hermantoro pada ROL, Senin (4/2).
Meningkatnya konsumsi bahan bakar di AS dan Eropa akibat musim dingin yang ekstrim menjadi stimulus bagi kenaikan harga minyak mentah dunia. Selain juga karena faktor membaiknya perekonomian AS yang ditandai dengan menggeliatnya pasar perumahan dan menurunnya angka pengangguran.
Terkereknya harga minyak dunia juga ditopang oleh keputusan pemerintah Jepang yang menyetujui paket stimulus sebesar 116 miliar dolar AS yang diyakini akan memacu perbaikan ekonomi. Pertumbuhan kinerja ekspor Cina pada Desember 2012 dibanding ekspor November 2012 juga menjadi faktor pendukung kenaikan harga minyak. Belum lagi proyeksi permintaan minyak mentah global yang menunjukkan peningkatan permintaan sekitar 0,11-0,30 juta barel per hari.
"Tapi untuk ke depan, kita masih terus prediksikan apakah tetap terjadi kenaikan," jelas Edy. Bila struktur kebutuhan energi di Amerika Utara dapat dipenuhi dengan migas //uncoventional//, seperti shale gas, menurut dia, akan membuat ICP kembali stabil.
Lagipula, lanjut Edy, pihaknya masih terus melihat situasi perekonomian Eropa. "Produksi Eropa kan belum stabil. Kita juga melihat persoalan pemotongan produksi di Timur Tengah, apakah akan mempengaruhi atau tidak," jelasnya.
Pengamat Energi dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) Mukhtasor menilai kemungkinan kenaikan ICP harus diwaspadai. Pasalnya harga minyak yang tinggi akan membuat beban subsidi semakin besar. "Ini semua menegaskan kepada kita agar investasi pada pengembangan energi lain non BBM segera digalakkan agar ketahanan dan kemandirian energi kita makin kuat," jelasnya.
Mukhtasor juga meminta Kementerian Keuangan untuk berani menahan diri mengambil hasil dari pajak dari kegiatan di masa awal pengembangan energi. "Jadi insentif dan kebijakan pajak harus berpihak pada kegiatan pencarian sumber migas baru," tegasnya.
Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), produksi minyak dari negara OPEC di Desember 2012 mengalami penurunan sebesar 0,26-0,55 juta barel per hari dibanding November. Penurunan produksi dari Arab Saudi merupakan titik terendah dalam 19 bulan terakhir.
Sementara itu, harga minyak dunia jenis lain juga mengalami kenaikan. Minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik dari 88,25 dolar AS per barel menjadi 94,70 dolar AS per barel. Sedangkan minyak jenis brent naik dari 109,20 dolar AS per barel menjadi 112,17 dolar AS per barel. Minyak tapis naik dari 114,80 dolar AS per barel menjadi 117,98 dolar AS per barel.