REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan plat merah PT Jamsostek (Persero) berhasil membukukan hasil investasi sepanjang 2012 mencapai Rp 13,23 triliun. Jumlah tersebut melampaui target perseroan sekitar Rp 12,17 triliun.
"Peningkatannya 11 persen dari 2011," kata Direktur Utama Jamsostek Elvyn Masassya, dijumpai ROL di Jakarta, Rabu (30/1).
Hasil investasi tersebut sebesar 41,3 persennya atau Rp 5,47 triliun diperoleh dari obligasi. Berikutnya 31,4 persen atau sekitar Rp 2,71 triliun diperoleh dari deposito. Sisanya diperoleh dari reksa dana Rp 876 miliar, dan properti Rp 100 miliar.
Sepanjang 2012, total dana kelola Jamsostek mencapai Rp 132,15 triliun. "Sebesar 30 persennya ada di perbankan dan 30 persennya di pasar modal," kata Elvyn.
Ia menyebutkan perusahaan menyalurkan dana kelolaan itu dalam bentuk obligasi sebesar Rp 54,24 triliun. Berikutnya disalurkan ke deposito (Rp 42,86 triliun), saham (Rp 27,18 triliun), reksa dana (Rp 9,44 triliun), dan properti (Rp 415 miliar).
Untuk memperluas kerjasama sektor perbankan tahun ini, Jamsostek memperluas program virtual account dan pengelolaan cash management. "Kami tengah membidik kerjasama dengan sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD)," kata Elvyn.
Sampai sekarang, perusahaan sudah menjalin kerjasama virtual account dan cash management dengan empat bank, seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Bukopin Tbk.
Tahun ini, Jamsostek menargetkan jumlah anggota aktif untuk membayar iurannya hingga 13 juta keanggotaan. Target ini lebih tinggi dari 11,5 juta anggota pada 2012. Total peserta Jamsostek saat ini jumlahnya mencapai 28 juta peserta.
Untuk meningkatkan jumlah anggota aktifnya, perusahaan akan mengategorikan perusahaan berdasarkan sentral kostumer. Artinya, perusahaan akan diatur berdasarkan segmentasinya, misalnya platinum, gold, dan silver.