REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 2013 ini, Bank BRI Syariah menargetkan kenaikan penghimpunan tabungan sebesar 105 persen dari tahun lalu. BRI Syariah memasang target Rp 4 triliun dari penghimpunan tabungan tersebut.
Direktur Umum BRI Syariah, Moch Hadi Santoso mengatakan pangsa pasar penghimpunan tabungan untuk bank syariah masih terbuka lebar sepanjang 2013. Karena itulah, BRI Syariah melihat prospek ke depannya sangat positif.
"Kami akan mengembangkan jaringan teknologi informasi untuk menunjang kinerja," ujarnya, Jumat (4/1).
BRI Syariah meluncurkan produk barunya di 2013, yaitu Tabungan Impian BRI Syariah iB. Tabungan ini merupakan perpaduan antara tabungan berjangka dan asuransi.
Hadi menyebut Tabungan Impian BRI Syariah iB dirancang sebagai tabungan yang aman dan mudah karena tabungan ini dilindungi asuransi dengan jaminan hingga Rp 1 miliar tanpa harus membayar premi. Tabungan ini juga dilengkapi sistem auto debet dari tabungan induk.
Selain peluncuran tabungan baru, pada 2013 BRI Syariah juga menggelar program undian berhadiah untuk meningkatkan komposisi tabungan. Perseroan, kata Hadi, menargetkan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) bisa di bawah 85 persen pada 2013.
BRI Syariah akan terus menggenjot efisiensi. Pasalnya ketidakefisiensian bisa membuat nasabah beralih ke bank lain. "Kami tidak ingin itu terjadi, makanya bank dituntut lebih efisien menyiasati ketatnya persaingan pasar," ujarnya.
Sementara itu, bank syariah lainnya, yakni BNI Syariah mengalami pemerosotan laba hingga 35 persen pada kuartal III 2012 menjadi Rp 64 miliar. Adanya penurunan ini disinyalir akibat biaya penambahan cabang dan perekrutan pegawai baru membengkak.
"Kami merekrut 1.800 pegawai baru dan menambah 200 kantor cabang baru," ucap Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano.
Namun begitu, BNI Syariah optimis laba tembus di angka Rp 100 miliar di akhir 2012. Hingga akhir 2012, BNI Syariah menargetkan pembiayaan tumbuh 30 persen atau Rp 6,8 triliun. Meskipun laba menurun, namun penyaluran pinjaman BNI Syariah naik 20 persen menjadi Rp 6,56 triliun.
Dinno menyebut dalam waktu dekat BNI Syariah tidak akan melakukan Initial Public Offering (IPO). "Kami akan memaksimalkan dengan induk dulu," katanya.
BNI Syariah, kata Dinno, berkomitmen menjalin kedekatan dengan induk usaha dalam menghadapi gejolak ekonomi 2013. Ini dilakukan agar perusahaan bisa tetap tumbuh dan berkembang.
Di 2013 ini, BNI Syariah optimis bisa tumbuh 30 persen. Pemberlakuan aturan uaang muka untuk perbankan syariah dinilainya bukan penghalang bagi BNI Syariah untuk mencapai target pertumbuhan tersebut.