Selasa 18 Dec 2012 14:07 WIB

Bahaya, Utang Swasta berpotensi Guncang Ekonomi Indonesia

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Citra Listya Rini
Ekonomi glorbal - ilustrasi
Ekonomi glorbal - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bahaya, dana jangka pendek dan utang jangka pendek swasta di Indonesia berpotensi menimbulkan ketidakstabilan ekonomi jangka panjang. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Riset Makroekonomi Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih di Jakarta, Selasa (18/12).

Adiningsih menyampaikan dana jangka pendek, portofolio investasi, dan dana swasta jangka pendek di Indonesia yang jatuh tempo tahun depan mencapai 30 miliar dolar AS atau setara Rp 290 triliunan. Jumlah tersebut, kata dia, belum termasuk utang pemerintah.

"Tahun depan, jumlahnya semakin meningkat. Ini perlu diwaspadai karena menimbulkan ketidakpastian sektor keuangan," kata Adiningsih, dijumpai Republika dalam diskusi 'IERO dan Financial Outlook 2013' 

Secara umum, nilai utang luar negeri Indonesia kuartal III 2012 menunjukkan tren kenaikan dibandingkan kuartal II 2012. Kenaikan ini dipicu meningkatnya utang swasta. Pun, rasio utang luar negeri terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) naik. 

Menurut Adiningsih, penyebab kenaikan naiknya nilai utang luar negeri karena terjadi depresiasi nilai tukar Rupiah.  Pemerintah harus menjaga pertumbuhan ekspor agar tak terus menurun. Berikutnya meningkatkan kepercayaan investor, dan mengembalikan defisit perdagangan menjadi surplus, imbau Adiningsih.

Dijumpai terpisah, Menteri Keuangan Agus Martowardoho sebelumnya mengingatkan swasta untuk berhati-hati mengelola utang asingnya. Pasalnya, utang swasta saat ini lebih tinggi dari utang pemerintah. 

"Swasta perlu mewaspadai penggunaan utangnya. Misalnya, pinjaman valuta asing (valas) untuk jangka pendek justru digunakan untuk investasi yang hasilnya dalam bentuk Rupiah," kata Agus. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement