Sabtu 03 Nov 2012 10:55 WIB

Sarung Tangan Golf dari AS? Bisa-bisa Buatan Bantul

Sarung tangan golf (ilustrasi)
Foto: 123RF
Sarung tangan golf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL--Jangan kira sarung tangan gol anda yang dibeli di Amerika atau Jepang murni buata negara itu. Bisa jadi itu adalah buatan saudara di Indonesia, yakni warga Bantul.

Usaha kecil dan menengah di Desa Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memproduksi sarung tangan golf sebanyak 15.000 sarung per bulan.

"Produksi per bulan rata-rata minimal 15.000 sarung tangan golf, terkadang lebih, tergantung permintaan," kata pemilik usaha pembuatan sarung tangan golf, UD Kasno, Soekasno di Bantul, Sabtu (3/11).

Menurut dia, industri rumahan yang berdiri sejak 1997 ini merupakan rekanan dari sejumlah perusahaan/pabrik sarung tangan golf besar di Yogyakarta. Produksinya untuk memasok kebutuhan stok sejumlah perusahaan tersebut.

"Jadi, ini semacam CMT atau buruh jasa dari perusahaan besar, dan nanti perusahaan besar itu yang akan menjual langsung ke pembeli di berbagai negara," katanya.

Soekasno enggan menyebutkan nama-nama perusahaan besar tersebut, yang selama ini menampung sarung tangan golf produksinya. Sepengetahuan dia, sarung tangan golf produksinya diekspor ke sejumlah negara di antaranya Amerika, Jepang, Australia, dan sejumlah negara di Asia.

"Harga jual dari kami Rp3.000 per sarung, namun semua bahan baku dan desain dari mereka. Jadi, kami tinggal mengerjakan. Peralatan seperti untuk menjahit, dan tenaga kerja, dari kami," katanya.

Dengan kapasitas produksi sebanyak itu, kata Soekasno, dirinya yang mempekerjakan 60 orang bisa mendapatkan omzet penjualan Rp45 juta per bulan.

Menurut dia, ide mengembangkan industri kecil ini berawal dari keinginannya untuk bisa lebih berkembang, karena sebelumnya hanya bekerja sebagai karyawan pabrik.

Dengan kemampuan membuat sarung tangan golf, maka dirinya mencoba usaha tersebut.

Ia mengatakan sebelum mendirikan usaha kerajinan ini, memang banyak perajin yang bereksperimen untuk mencoba sendiri.

Namun, menurut dia, hanya beberapa orang termasuk dirinya yang produknya bisa diterima oleh perusahaan-perusahaan besar. "Semua karyawan saya, sebelumnya belum memiliki keahlian membuat sarung tangan golf. Jadi, mereka awalnya kami rekrut, dan kami latih sendiri," kata dia, dengan menyebutkan tenaga menjahit hampir seluruhnya perempuan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement