REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Indonesia akan menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan ekonomi Islam. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk itu. Beberapa potensi tersebut, antara lain, keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kelompok negara, seperti G-20 dan APEC.
Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di dunia dan memiliki pengalaman pembangunan yang cukup lama dengan mengadopsi sistem sosialis dan kapitalis. “Ini aset untuk membangun sistem perekonomian Indonesia yang berdasarkan pada agama dan kepribadian budaya,” tutur M Makhlani, dari Islamic Development Bank (IDB) Field Representative for Indonesia.
Berbicara dalam Stadium General Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis (20/9), Makhlani mengemukakan, bangunan konstitusi negara dan ideologi ekonomi Pancasila sudah sejalan dengan ekonomi Islam. Bahkan, perkembangan kelembagaan ekonomi Islam dan perundang-undangan cukup marak dalam 10 tahun terakhir.
Menurut dia, pengembangan ekonomi Islam tidak hanya di Indonesia, tetapi di negara lain seperti Malaysia. Tapi, pengembangan tersebut masih sebatas pasar uang dan pasar modal. Dia mengakui, saat ini ada tiga subsistem ekonomi Islam yang berkembang, yaitu subsistem ekonomi Islam yang berbasis ekonomi moneter bebas riba, subsistem ekonomi Islam ekonomi keuangan publik, dan subsistem ekonomi Islam yang berbasis perdagangan atau komoditas. Menurut dia, peran perguruan tinggi dalam perkembangan ekonomi Islam sangat besar. Perguruan tinggi hendaknya menjadi bagian dalam pengembangan undang-undang perekonomian Islam.
Perguruan tinggi tidak hanya sebagai pembahas, tetapi harus memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan undang-undang perekonomian. “Karena, perguruan tinggi sebagai jalur akademis memiliki kemampuan dan pikiran untuk membangun negara,” tuturnya.
Makhlani menyampaikan, peradaban Barat yang digawangi Amerika diperkirakan akan runtuh dan digantikan oleh ekonomi Islam yang kini berkembang di Indonesia. Ini dibuktikan dengan berbagai krisis ekonomi yang telah terjadi di Barat yang menyebabkan tingkat pengangguran di Eropa menjadi 25 persen.
Selain itu, bertambahnya jumlah orang Eropa yang memeluk Islam atau sekitar 10 persen semakin memperkuat hal tersebut. Gaya hidup hedonis yang banyak dianut orang Barat juga mulai ditinggalkan. Banyak orang Barat mulai melirik budaya Islam yang sangat mengutamakan kebersamaan dalam keluarga dan kesejahteraan bersama.
Dekan FE UNY Sugiharsono mengatakan, perkembangan sistem perekonomian Indonesia yang cenderung kapitalis liberal telah membawa dampak perekonomian Indonesia cukup maju. Namun, kata dia, dampak lain terciptanya jurang pemisah semakin lebar antara golongan kaya dan golongan miskin.
Dia menyebut, masih sekitar 40 juta penduduk Indonesia yang miskin dan kesulitan memenuhi kebutuhan primer mereka. “Apabila ini dibiarkan, tentu akan mengakibatkan timbulnya kecemburuan sosial-ekonomi di kalangan masyarakat,” ujarnya.