REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Investasi jangka panjang di Surat Utang Negara (SUN) dinilai tetap menarik di tengah situasi ekonomi global yang melemah. Karena itu, penarikan dana investor dari pasar uang dalam negeri diprediksi hanya sementara.
“Saya yakin mereka (investor) sedang tunggu untuk masuk pada saat harga murah karena long term (investasi jangka panjang) Indonesia masih sangat atraktif, “ ujar Direktur Departemen Perencanaan Stragis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, Difi A. Johansyah, Kamis (31/5).
Peringkat utang Indonesia yang masuk ke layak investasi (investment grade) memperlihatkan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Produc/GDP) dalam kondisi baik dengan tingkat inflasi yang stabil. Dengan kondisi itu, investasi SUN dinilai semakin menarik. “Siapa yang tidak tertarik dengan yield SUN jangka panjang yang lebih tinggi dari tingkat inflasi, “ ujar Difi.
Imbal hasil atau yield SUN yang berjangka waktu (tenor) 10 tahun, kata Difi mencapai 6,5 persen. Angka yield ini sama dengan bunga deposito bertenor 10 tahun. Tetapi, jika investor mengambil deposito maksimum tiga bulan, bunga yang diperoleh akan lebih rendah. “Dengan beli SUN, kita dijamin selama 10 tahun mendapat bunga segitu (6,5 persen), “ ujarnya.
Jika yield SUN terus menanjak, investor yang mengejar pendapatan tetap (fix income investor) dinilai akan menyerap lebih besar. Apalagi, tingkat defisit keuangan Indonesia yang rendah, investasi di SUN akan tetap menarik. Meski demikian, investor saat ini masih menunggu gejolak ekonomi global mereda.
“Saya yakin, sekarang sudah banyak yang ngincar cuman masih nunggu saat yang tepat, “ ujarnya.